Inisiasi Pengelolaan Lahan Basah Suwi (2013-2015)

November 3, 2021

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Muara Ancalong Merupakan kecamatan tertua di Kabupaten Kutai Timur, dengan ibu kota kecamatan di Kelinjau. Kelinjau berjarak sekitar 133 km dari Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur.

Lahan basah Suwi terletak di bagian barat desa Kelinjau, terdiri dari Danau Suwi yang dikenal secara lokal sebagai Kenohan Suwi, Danau Serapung, Danau Ketiau dan beberapa danau kecil dengan dataran banjir di sekitarnya. Lahan basah tersebut merupakan habitat bagi mamalia endemik dilindungi, yaitu bekantan (Nasalis larvatus) dengan status terancam punah, juga terdapat buaya siam dan banyak jenis burung air.

Berdasarkan peta tata ruang Kabupaten Kutai Timur (2013-2032), lahan basah Suwi, Mesangat dan sekitarnya terletak di atas Cekungan Air Tanah Sendawar. Lahan Basah Suwi bagain Timur juga berbatasan dengan Cagar Alam Muara Kaman Sedulang. Semestinya lahan basah dikelola agar tetap memberikan jasa ekosistemnya. Namun demikian lahan basah mengalami degradasi karena pemanfaatan yang tidak sesuai untuk perkebunan sawit.

Yasiwa mempromosikan pengelolaan lahan basah berkelanjutan. Sinergi peran parapihak antara pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, kelompok masyarakat dan LSM untuk mencapai pengelolaan yang lebih baik memerlukan upayan yang tidak mudah dan perlu terus didorong.

Pada tahun 2015 Ditjen Bina Pengelolaan Ekosisitem Esensial-KLHK dibentuk untuk mengelola ekosistem penting di luar kawasan dilindungi, seperti area bernilai Konservasi tinggi yang berada dalam konsesi perusahaan. Melalui kerja sama Yasiwa dengan Kabupaten Kutai Timur Lahan Basah Mesangat dan Suwi diusulkan untuk dikelola dengan skema Ekosistem Esensial oleh para pihak. Forum Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Lahan Basah Mesangat Suwi dibentuk berdasarkan SK Bupati pada bulan Oktober 2016.

Untuk proyek inisiasi di Suwi ini Yasiwa mendapat dukungan pendanaan dari ZGAP, EAZA dan Dortmund Zoo untuk kegiatan meliputi:

  • Survei Habitat dan inventarisasi keragaman hayati
  • Mendorong parapihak untuk pengelolaan lahan basah secara layak guna menjada jasa ekologinya
  • Memperkenalkan nilai penting lahan basah kepada anak-anak sekolah dan parapihak
  • Pencatatan tinggi muka air bekerja sama dengan nelayan
  • Menguatakan nelayan untuk mengurangi perburuan dan penyetruman ikan

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Program Lainnya

Strengthening Collaborative Management of Mesangat Suwi Wetlands (2021-2024)
Conservation of Proboscis Monkey (Nasalis larvatus) Habitat in Suwi Wetland (2017-2020)
Conservation Programs Development of PT Pusaka Agro Lestari  (2013-2015)

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020