Mengenal Wiwik Kelabu, Si Burung Soliter

January 24, 2024

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Burung wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) termasuk salah satu burung bergaya hidup soliter yang jarang terlihat, tetapi suaranya sering terdengar. Burung ini dikenal dengan banyak nama, mulai dari kedasih, daradasih, uncuing, dan manuk uncuing atau emprit ganthil. Sementara dalam Bahasa Inggris disebut dengan cuckoo.

Habitat dan Persebarannya

            Cacomantis merulinus hidup di hutan tropis, menyukai lingkungan pemukiman di perdesaan, hutan sekunder, tepi hutan, dan kadang juga ditemukan di daerah perkotaan. Persebarannya di Benua Asia yang meliputi, India Timur, China Selatan, Filipina, dan Indonesia (Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatera). Ditemukan pula berada pada ketinggian 1000 mdpl.

Klasifikasi Ilmiah Burung Wiwik

            Burung wiwik kelabu adalah spesies omnivora yang memangsa berbagai jenis serangga, laba-laba, kumbang, dan juga memakan buah-buahan kecil. Kerap kali turun ke semak belukar pada saat mencari makan.

            Ukuran tubuhnya sedang bisa mencapai 21 cm. Burung muda cenderung berwarna kecokelatan dengan garis hitam pada sisi atas tubuh dan keputihan dengan garis hitam lebih halus. Berbeda dengan burung dewasa yang memiliki warna abu-abu dan kepalanya merah sawo matang.

Selanjutnya, sisi ekor berwarna putih dan di ujung bulu berwarna kehitaman. Lalu, bagian kepala, leher, dan dada bagian atasnya berwarna kelabu. Punggung merah kecokelatan dan perutnya kuning jingga. Sisi bawah ekor putih, iris mata berwarna merah, kakinya kuning, dan ujung bulunya juga terdapat warna hitam. Bagian paruh atas berwarna kehitaman, sementara bagian bawahnya kekuningan.  

Masa Perkembangbiakan

            Berdasarkan daftar merah IUCN, status populasi tergolong rendah (LC) karena memiliki sebaran yang cukup luas sehingga populasinya pun tidak mendekati ambang batas. Sementara itu, masa berkembangbiak dimulai pada bulan Oktober (wilayah Jawa), Februari, dan April sampai dengan Juli. Menghasilkan telur berwarna kebiruan dan berbintik keputihan.

Suara Burung Wiwik

            Seperti yang telah disinggung tadi, jika suaranya kerap kali terdengar. Namun, agak sukar diamati karena sering bersembunyi dalam tajuk pohon tanpa bergerak ataupun merubah posisinya. Jika memasuki musim berpasangan, burung wiwik akan lebih aktif berkejar-kejaran sambil mengeluarkan suara pendek “wriiik, ..wrik ..wri-wri-wri.”

Kebiasaan dan Perilaku

            Sama seperti kerabatnya dari genus Cacomantis, Cuculus dan Chrysococcyx. Burung wiwik kelabu bersifat parasit. Mengapa demikian? Karena burung ini menitipkan telur-telurnya pada sarang burung kecil daripada memilih untuk membuat sarangnya sendiri. Biasanya akan dititipkan pada burung cinenen, perenjak, pijantung, cica-daun, dan beberapa jenis lainnya.(ml).

Burung wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) di Lahan Basah Mesangat Suwi. Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Burung wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) di Lahan Basah Mesangat Suwi. Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Alap-alap Capung, Burung Predator Terkecil di Dunia
Burung Perling Kumbang, Spesies Penyerbuk Tanaman
Mengenal Kucing Tandang yang Kian Terancam Punah

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020