Trinil, Spesies Burung Pantai Suka Bermigrasi

January 24, 2024

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Burung pantai atau shore bird adalah kelompok burung air yang memanfaatkan tepian berlumpur pada daerah intertidal dan lahan basah. Spesies trinil bermigrasi untuk menghindari kondisi ekstrim. Indonesia pun menjadi salah satu tempat burung ini bermigrasi.  Ada banyak jenis, tetapi salah satunya burung trinil semak dan trinil pantai yang akan dibahas dalam artikel ini. Lalu, seperti apa klasifikasinya?

Trinil Semak

            Trinil semak (Tringa glareola) adalah burung migran yang berasal dari keluarga Scolopasidae. Berkembang biak di wilayah Erasia Utara, sedangkan saat musim dingin akan bermigrasi ke Asia Tenggara, Sunda Besar, hingga Australia. Nah, Indonesia menjadi salah satu negara yang disinggahi ketika sedang bermigrasi.

Spesies ini menyukai habitat pantai yang berlumpur. Namun, terdapat juga di dataran, sawah, dan rawa air tawar sampai dengan ketinggan 750 mdpl. Trinil semak memangsa larva serangga, cacing, berudu, dan krustasea. Biasanya akan memasuki masa berkembang biak pada bulan Mei – Juli. Status konservasinya tergolong berisiko rendah, sehingga populasinya masih dianggap stabil.

Seperti apa klasifikasinya? Burung ini memiliki ukuran tubuh sedang, yaitu 20 cm. Warnanya didominasi abu-abu kecokelatan dengan tungging berwarna putih. Bagian atasnya tampak cokelat kehijauan dan berbintik-bintik. Sementara bagian bawahnya berwarna putih. Bagian alis berwarna putih ekornya putih disertai garis cokelat, paruh hitam, dan iris matanya cokelat.

Kaki berwarna kekuningan – hijau zaitun dan akan menjulur dari bawah ekor pada saat terbang. Trinil semak hidup berkelompok kecil sekitar 20 ekor. Kerap kali juga bergabung dengan spesies perancah lainnya.

Trinil Pantai

            Actitis hypoleucos atau trinil pantai juga termasuk spesies burung dari famili Scolopacidae. Trinil pantai berbiak di Afrika dan Erasia, tetapi bermigrasi ke wilayah Asia Tenggara dan Australia. Saat bermigrasi, trinil pantai biasa dijumpai di daerah Jawa dan Bali.

            Hidup secara berkelompok pada zona iklim tropis dan subtropis. Sementara habitat aslinya di dataran lumpur pesisir, rawa di hutan konifer, hutan campuran, mangrove, tepi sungai, dan lahan basah terutama dengan tutupan berumput ataupun vegetasi lainnya.

Actitis hypoleucos adalah burung karnivora yang memakan serangga, krustasea, invertebrata, dan kerap kali menangkap serangga yang sedang terbang. Biasa mencari makan di air dangkal, tanah, kadang juga hutan bakau maupun tambak.

            Memasuki masa reproduksi pada minggu akhir bulan April hingga awal bulan Mei. Kemudian, bersarang di tanah dekat dengan air tawar. Ketika merasa terancam, anak-anak burung akan menempel pada tubuh induknya dan diterbangkan ke tempat yang aman.

            Lalu, bagaimana ciri-cirinya? Nah, ternyata ukuran tubuhnya hampir sama seperti trinil semak sekitar 20 cm. Paruhnya pun pendek berwarna abu-abu gelap. Bagian perut bawah berwarna putih disertai corak abu-abu cokelat pada sisi dada. Sedangkan bagian atasnya cokelat dengan bulu terbang kehitaman. Iris mata cokelat, tunggir tidak putih, dan kaki berwarna hijau zaitun pucat.(ml)

Burung Trinil (Tringa glareola) Foto:www.fotocommunity.de
Burung Trinil (Tringa glareola) Foto:www.fotocommunity.de

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020