Siapa yang masih bertanya-tanya, apa sih tumbuhan paku itu? Nah, tumbuhan paku atau Pteridophyta adalah kelompok tumbuhan yang mempunyai jaringan pembuluh xilem dan floem, tetapi tidak berbiji dan menggunakan spora untuk berkembang biak. Berdasarkan tempat tumbuhnya, paku bisa dibedakan ke dalam tumbuhan paku epifit, paku terrestrial dan paku air. Namun, kali ini kita akan membahas tumbuhan paku epifit terlebih dahulu. Yuk, Simak penjelasannya ya!
Di mana, Habitat Paku Epifit Ini?
Tumbuhan paku epifit dapat dijumpai di hutan hujan tropis, mulai dari dataran tinggi hingga dataran rendah. Kelompok epifit tergolong unik karena hidupnya melekat atau menumpang pada tumbuhan lain, seperti cabang-cabang pohon, daun pohon, dan kadang juga pada ujung batang.
Meskipun hidupnya menumpang, tetapi paku epifit tidak merugikan tumbuhan yang ditumpanginya. Epifit tidak digolongkan ke dalam parasit karena memiliki akar untuk menghisap air dan mampu menghasilkan makanan sendiri untuk pertumbuhannya melalui proses fotosintesis.
Paku-pakuan ini mendapatkan nutrisi dan air di sekitar permukaan pohon inang tersebut. Epifit juga memperoleh unsur hara melalui debu, sampah-sampah organik, tanah yang dibawa semut atau rayap, maupun kotoran burung.
Sebaliknya, tumbuhan paku epifit juga bermanfaat sebagai tempat hidup hewan. Akar tumbuhan paku epifit sering kali menjadi tempat bagi semut pohon. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkannya sebagai tanaman hias dan dapat diolah menjadi obat-obatan.
Jenis-jenis Tumbuhan Paku Epifit
Setelah mengenal tentang tumbuhan paku epifit, saatnya mengetahui apa saja jenis-jenis tumbuhan paku epifit, terutama yang ditemukan di Lahan Basah Mesangat Suwi, hasil penelitian dari Fella, mahasiswa FMIPA UNMUL.
- Paku Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides)
Pyrrosia piloselloides ditemukan di Lahan Basah Mesangat – Suwi, lalu wilayah Assam hingga ke Jepang, dan Kawasan Malaysia. Paku-pakuan ini memiliki rimpang yang bercabang-cabang, melekat pada kulit batang pohon inang, warnanya kecokelatan hingga hitam gelap, pada rimpang paling ujung terlihat menyisik dan berambut.
- Paku Sarang Burung (Asplenium nidus L.)
Tumbuhan ini memiliki bentuk sorusnya garis dengan sempit memanjang yang terletak pada samping tulang cabang. Panjang daunnya mencapai 14 – 60 cm, berdaun lebar sekitar 2 – 12 cm, tangkai daunnya pendek kurang dari 1 cm dan terkadang tidak terlihat karena tertutup oleh bulu halus. Pada bagian ujung daun meruncing, tetapi rata.
Warna permukaan daunnya hijau mengkilat. Namun, daun bagian bawah tempak lebih pucat dibandingkan bagian atasnya. Ukuran batang sangat pendek, bentuknya seperti keranjang dan tampak menyerupai sarang burung dari kejauhan.
- Pyrrosia rasamalae (Racib.) K.H.Shing
Paku-pakuan ini memiliki rimpang panjang yang membentuk koloni dan melekat pada kulit batang pohon inang. Panjang daunnya 15 – 30 cm, ujungnya runcing, pemukaan atas helaian hijau tua, dan pemukaan dasar helaian hijau tua. Dapat dijumpai di Filipina, Himalaya, Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sunda Kecil), Laos, Malaysia, Myanmar, dan Thailand. Selain itu, juga dijumpai di wilayah Lahan Basah Mesangat Suwi
- Paku-pakuan (Davallia denticulata)
Tumbuhan paku ini tersebar alami di wilayah Asia Tropis, Hainan, Queensland sampai bagian Timur, termasuk Kawasan Malesia. Jenis ini juga dijumpai di Lahan Basah Mesangat – Suwi. Sementara, habitat alaminya berada di hutan dataran rendah.
Jenis ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan juga obat-obatan. Memiliki rimpang bulat dan ramping. Terdapat sisik pada rimpangnya yang berwarna cokelat gelap. Daunnya majemuk menyirip ganda tiga, berwarna hijau muda, permukaannya licin, serta ujung daun dan pangkalnya meruncing.
5. Paku Kepala Tupai (Drynaria quercifolia)
Drynaria juga termasuk ke dalam kelompok paku epifit. Tumbuhan rimpang panjang ini memiliki akar perekat yang kuat dan berambut atau bersisik. Ditemukan pada tempat yang mendapatkan banyak sinar matahari.
Tersebar alami di wilayah Filipina, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Papua Nugini, Thailand, dan Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Papua). Tumbuhnya pada ekosistem dataran rendah, serta secara epifit yang melekat pada inang pohon. (ml.)