Mengenal Betet Ekor Panjang, Si Cantik yang Terancam Punah

September 4, 2023

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Burung betet termasuk jenis burung paruh bengkok atau parrot (dalam Bahasa Inggris). Terhitung ada sekitar 87 jenis burung paruh bengkok tersebar di Indonesia. Hampir semua jenis burung tersebut masuk ke dalam daftar satwa dilindungi. Salah satunya spesies betet ekor panjang Psittacula longicauda yang akan dibahas dalam artikel berikut.

Persebaran Secara Global, Tidak di Indonesia Saja

            Meskipun burung betet berasal dari Indonesia, tetapi persebarannya secara global. Beberapa wilayah persebarannya, yaitu Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Kepulauan Bangka, dan Pulau Nias), Kepulauan Andaman, Semenanjung Malaysia, dan Singapura.

Habitat dan Kebiasaan Betet Ekor Panjang

            Burung ini dapat dijumpai di daerah pesisir, dataran rendah dengan ketinggan 300 mdpl, hutan bakau, hutan mangrove, hutan rawa, tepi hutan hujan tropis, dan hutan sekunder. Biasanya juga ditemukan di area perkebunan kelapa sawit dan area budidaya.

            Betet ekor panjang hidup dalam berkelompok besar yang beranggotakan 20 ekor. Hidupnya secara nomaden dan melakukan migrasi musiman. Spesies ini bisa bergerak cepat di antara cabang pohon. Aktivitas mencari makan dimulai setelah matahari terbit.

Ketika siang hari, sering ditemukan pada pohon-pohon tinggi, kemudian dilanjutkan pada sore hari untuk mencari makan sebelum terbang ke sarang. Betet ekor panjang memakan buah-buahan (pisang dan papaya), biji-bijian, bunga (Acacia), dan beberapa jenis sayuran seperti wortel, buncis, seledri, hingga jagung.

Ciri Betet Ekor Panjang

            Jenis burung ini memiliki ukuran panjang mencapai 42 cm, dengan panjang sayap 142 – 155 mm, dan panjang ekor 154 – 270 mm. Tubuhnya didominasi warna hijau, sementara bagian tenggorokan, dada, hingga perut berwarna kuning kehijauan. Paruh atas berwarna merah dan paruh bawahnya hitam kecokelatan.

            Ada garis hitam pada pipinya. Sisi kepala dan tengkuk berwarna merah mawar. Bagian bawah sayap berwarna kekuningan. Penutup bagian ekor atas maupun bawah, dan bagian paha berwarna hijau pucat. Bagian iris berwarna putih kuning dan kakinya abu-abu.

            Terdapat juga perbedaan antara jantan dan betina. Pada jantan umumnya memiliki mahkota berwarna hijau, bagian sisi kepala berwarna merah, memiliki garis hitam tebal seperti kumis, dan bagian ujung ekor kuning.

            Sedangkan burung betina memiliki warna lebih buram. Warna garis pada pipi hijau tua, ekornya juah lebih pendek, dan paruh atas maupun bawah hitam kecokelatan. Burung betet ekor panjang memiliki suara yang berisik, bahkan terus menerus berteriak dengan suara yang mencolok.

Masa Reproduksi Betet Ekor Panjang

            Betet memasuki usia kawin pada bulan Februari – Juli. Sebagian besar sarangnya di cabang berlubang atau lubang pada pohon-pohon mati, tetapi terkadang berada di pohon hidup. Sarang burung ini dipenuhi makanan, dapat menghasilkan telur 2 – 3 butir dengan masa inkubasi 23 hari, serta ukuran telur bisa mencapai 30,6 x 24,7 mm.

Kelestarian Betet Ekor Panjang Terancam

            Menurut IUCN, betet ekor panjang masuk ke dalan kategori terancam. Hal ini disebabkan beberapa faktor, mulai dari hilangnya habitat asli akibat konversi lahan hingga kebakaran hutan. Selain itu, tubuhnya yang indah dan cantik terus menjadi incaran para pemburu liar. Bahkan, harga burung betet ini dijual dengan harga yang relatif mahal berkisar ratusan hingga jutaan rupiah. Betet ekor panjang seringkali diperjual belikan di pasar lokal maupun dijual secara online.

         Habitat asli betet ekor panjang adalah rawa-rawa dan hutan dataran rendah. Akan tetapi, perubahan habitat alam maka masuk ke wilayah perkebunan masyarakat dan pertanian. Karena itulah, banyak yang menganggapnya sebagai hama dan menjadi sasaran empuk masyarakat untuk diburu hingga diperdagangkan

            Tentu saja, bila dibiarkan terus menerus populasinya akan semakin menipis dan berujung pada kepunahan. Bukankah lebih indah jika kita dapat melihat satwa hidup di alam bebas? Perdagangan satwa adalah kejahatan serius yang menyebabkan kelangkaan dan ketidakseimbangan ekosistem di habitat aslinya. Pelaku kejahatan perdagangan dan perburuan satwa sudah semestinya diberikan hukum sesuai peraturan yang berlaku, agar memberikan efek jera. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml.)

Betet ekor (Psittacula lonhgicauda) panjang yang cukup sering dijumpi di Lahan Basah Suwi. Foto: Nur Linda, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Betet ekor (Psittacula lonhgicauda) panjang yang cukup sering dijumpi di Lahan Basah Suwi. Foto: Nur Linda, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020