Tiong emas atau yang lebih dikenal burung beo dengan nama latin Gracula religiosa adalah salah satu jenis jalak yang cukup digemari oleh banyak orang. Bagaimana tidak, burung ini mampu mengeluarkan berbagai macam suara merdu dan terkadang terdengar seperti suara manusia. Menarik, kan? Yuk, lihat penjelasannya lengkapnya di sini!
Ciri, Persebaran, dan Habitat Tiong Emas
Tiong emas memiliki ukuran tubuh agak besar, berwarna hitam metalik, ada bercak putih pada sayap, dan pial berwarna kuning di bagian sisi kepala. Lalu, paruh berwarna jingga dan kakinya berwarna kuning.
Burung ini tersebar di beberapa wilayah yang meliputi, China Selatan, Thailand, Filipina, Indonesia, dan India Timur. Sementara di Indonesia, tiong emas kerap kali dijumpai di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Namun, dampak dari kerusakan hutan dan perburuan liar membuat tiong emas sudah jarang ditemui di alam.
Tiong emas dapat dijumpai di daerah perbukitan dengan ketinggian 300 sampai 2.000 m dpl. Habitat alaminya berada di lingkungan dengan curah hujan dan kelembapan tinggi. Selain itu, juga diketahui hidup di area perkebunan dekat dengan kawasan hutan tropis dan di tepi hutan. Biasanya, tiong emas tinggal di atas pohon yang tinggi, hidupnya berpasangan, dan berkumpul dalam suatu kelompok.
Pakan dan Masa Berkembang Biak
Burung ini termasuk omnivora yang makanannya berasal dari buah-buahan, nektar, hingga serangga. Saat memasuki musim kawin, tiong emas secara berpasangan mencari lubang kecil untuk membagun sarang pada pohon di sekitar tepi hutan. Kemudian, pasangan burung akan mengisi lubang dengan daun dan ranting.
Masa berkembang biak ini bisa bervariasi, tetapi biasanya dimulai bulan April sampai Juni. Sang betina bisa menghasilkan dua hingga tiga telur yang berwarna biru dan terdapat bercak kecokelatan.
Kok Bisa Tiong Emas Punya Suara Unik? Jadi Begini
Sudah bukan rahasia umum kalau jenis burung satu ini memang memiliki pesona yang memikat. Tiong emas bisa menirukan berbagai macam suara, seperti suara peluit, jeritan, hingga suara manusia.
Rahasia kemampuannya terletak pada syrinx yang menyerupai tenggorokan manusia. Pada dinding tersebut, terdapat tonjolan tulang rawan yang umumnya disebut labium eksternal. Salah satu labium eksternal ini bekerja layaknya pita suara manusia dan berperan sebagai penyuplai energi penghasil suara.
Jadi tidak heran, bila tiong emas bisa menghasilkan berbagai macam nada-nada suara yang berbeda, bahkan mengalun merdu layaknya suara manusia.
Uniknya lagi, spesies ini memiliki 3 – 13 tipe suara. Menarik kan? Dari kemampuannya itulah membuat burung ini dijuluki sebagai “peniru ulung.”
Namun, populasi tiong emas yang hidupnya berjarak 14 – 15 km, tidak bisa memiliki karakter suara yang mirip dengan satu sama lain. Dengan demikian, mereka tidak bisa saling menirukan suara sesamanya.
Sayangnya, Tiong Emas Terancam Punah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tiong emas sudah sangat jarang ditemukan di alam. Jenis yang dikenal sebagai Talking Myna masuk ke dalam kategori satwa terancam punah.
Selain rusaknya habitat asli, maraknya perdagangan dalam jumlah besar, baik domestik maupun internasional ini juga menjadi salah satu alasan pemicu kepunahan spesies tiong emas. Oleh karena itu, diperlukanya tindakan hukum yang tegas untuk memberikan efek jera terhadap orang yang melakukan perburuan tersebut.
Di Lahan basah Suwi, pada tahun 2016 masih terdapat burung Tiong Emas, namun pada tahun-tahun selanjutnya, tidak teramati lagi. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml).
