Belibis Kembang, Spesies Burung Air yang Unik

October 17, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Belibis atau Dendrocygna spp. adalah jenis-jenis burung air yang sekilas menyerupai bebek atau itik. Namun, bila dibandingkan dengan bebek, kemampuan terbang burung belibis jauh lebih baik. Sekelompok unggas berparuh datar ini dikenal dengan ciri khasnya yang bisa mengeluarkan suara berupa siualan atau whistling duck.

            Ketika musim reproduksi, belibis cenderung membuat sarang dan bertelur pada lubang-lubang pohon maupun buluh-buluh di permukaan tanah hingga semak- semak berada di sekitar habitat alaminya.

            Burung belibis memiliki nilai ekonomis karena cita rasa dagingnya yang lezat, sehingga banyak digemari masyarakat, salah satunya di Kalimantan Timur. Sayangnya keberadaan belibis semakin langka. Hal ini disebabkan oleh permintaan pedagang yang kian tinggi, sehingga banyak yang memburu spesies burung air tersebut. Tak heran, sekarang belibis jarang dijumpai di berbagai daerah yang ramai penduduk.

Belibis Kembang

            Di Indonesia terdapat dua jenis belibis, salah satunya belibis kembang (Dendrocygna arcuate) yang dapat dijumpai di Lahan Basah Mesangat-Suwi. Spesies ini hidup secara berkelompok. Umumnya dapat dijumpai di danau dan rawa air tawar. Sering beristirahat di tepian air yang terbuka atau berumput. Ketika mencari makan, belibis kembang akan menyelam berulang-ulang. Maknan Belibis kembang berupa binatang-binatang kecil yang hidup di air, tanaman air dan biji-bijian.

            Bebilis kembang spesies dari famili Anatidae yang tersebar luas di Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua). Penyebaran global meliputi Filipina, Sulawesi, Sunda Besar, Nusa Tenggara, Papua bagian Selatan, Australia, hingga Fiji. Di Lembah Bada, Taman Nasional Lore Lindu,  Belibis kembang teramati menghuni payau air tawar, danau-danau, laguna dan rawa-rawa mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1000 m (pengamatan pribadi Sunarto,1992).

            Ukuran panjang tubuhnya sedang, sekitar 45 cm. Lehernya cenderung panjang dan kecil. Bulunya berwarna merah, kepala atas dan leher belakang berwarna cokelat gelap, sementara bagian lainnya cenderung pucat. Punggung, ekor, iris berwarna cokelat. Lalu, dada cokelat berangan, paruh hitam, dan kaki cokelat abu-abu.

Budidaya burung Belibis

Burung Belibis memiliki nilai jual yang cukup tinggi, kebanyakan hasil dari buruan di alam, sehingga keberadaan di alam semakin langka. Oleh karena itu budidaya Belibis merupakan salah satu potensi ekonomi yang bisa dikembangkan. Burung Belibis meskipun katergori hewan yang suka berkelompok, namun setia pada pasangan. Sati ekor jantan burung Belibis hanya akan mengawini satu ekor betina yang telah menjadi pasangannya. Oleh karena itu, memlihara burung belibis sebaiknya berpasangan untuk memudahkan mengawinkannya.

Burung Belibis dewasa dapat menghasilkan 7 sampai 9 butir telur, dalam setahun bisa bertelur tiga kali. Masa mengerami selama 21 hari.

Budidaya Belibis hampir sama dengan budidaya bebek, pakan berupa dedak, jagung dan gabah. Anak belibis rentan terhadap udara dingin, terutama pada malam hari, sehingga perlu penghangat di kandang. Konsorsium Yasiwa-yayasan Ulin (ml).

Burung Belibis dijumpai di Loa Putih, Muara Ancalong dalam jumlah yang tidak terlalu banyak karena sering diburu. (foto: Nur Linda, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin).
Burung Belibis dijumpai di Loa Putih, Muara Ancalong dalam jumlah yang tidak terlalu banyak karena sering diburu. (foto: Nur Linda, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin).

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020