Pecuk Ular Asia, Burung Air yang Menyerupai Ular

August 23, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) atau snakebird adalah salah satu jenis spesies burung air yang hidupnya selalu berkaitan dengan daerah perairan sebagai habitatnya. Burung ini berasal dari famili Anhingidae dan genus Anhinga.

Dikutip dari Animal Diversity, pecuk ular asia masuk ke dalam kategori near threatened atau terancam punah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Indoensia, Pecuk ular merupakan spesies dilindungi. Menurunnya populasi disebabkan hilangnya habitat alami karena air surut, terdapat gangguan di tempat mereka berkembang biak, perburuan, polusi, hutan mulai gundul, hingga pencurian telur.

Spesies burung ini tersebar di seluruh Asia Tenggara, meliputi Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara), Filipina, dan India. Pecuk ular asia mudah dikenali karena memiliki leher yang panjang dan menyerupai ular. Sering dijumpai di lahan basah Mesangat Suwi.

Ciri-Ciri Morfologis

            Pecuk ular asia mempunyai ukuran tubuh mencapai 84 cm. Kepala dan lehernya berwarna cokelat. Terdapat garis strip berwarna putih pada bagian dagu hingga leher. Bagian tubuh, sayap, dan ekor berwarna hitam. Sementara paruhnya yang runcing berwarna kuning kecokelatan. Pada bagian kakinya terdapat selaput berwarna hitam. Bulu pada tubuhnya pun dapat menyerap cairan, sehingga sering bertengger lama untuk mengeringkan bulu-bulunya

            Spesies ini mampu menyelam dalam jangka waktu yang lama dan tinggal di bawah air, serta bisa mereduksi gaya apung. Ketika menyelam hanya bagian kepala dan leher saja yang terlihat saat berenang dan mencari makan, sehingga menyerupai ular. Tak heran, jika burung air ini sering dijuluki snake bird.

Habitat dan Perkembangbiakan

            Burung ini berkumpul dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 – 5 individu maupun dalam kelompok besar di atas pohon tinggi yang gundul. Kemudian bersarang pada tumpukkan ranting pada pohon tinggi di dekat pantai secara bersama dalam koloni. Mereka berkembangbiak setiap bulan Desember – Maret dan Maret – Juni. Telurnya bewarna keputihan-putihan dan bisa mencapai 2 – 4 butir.

            Habitat burung ini umumnya di daerah perairan, seperti hutan mengrove, danau, rawa, dan sungai. Pecuk ular asia memiliki bentuk leher yang panjang, sehingga memudahkannya untuk menangkap ikan di sungai.

Selain ikan sebagai pakan utamanya, mereka juga memangsa hewan air lainnya, mulai dari katak, kadal air, dan sebagainya. Spesies ini juga bisa menyelam sampai kedalaman 2 meter di bawah air. Lama waktu menyelam bergantung sejauh mana ia menemukan mangsa. Biasanya berkisar hitungan menit sampai satu jam. Mangsa yang didapat tidak langsung ditelan, tetapi dikibaskan terlebih dahulu sampai tidak berdaya, lalu ditelan. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml).

Burung Pecuk ular (Anhinga melanogaster) sering di jumpai bertengger pada batang kayu mati, mudah dibedakan dari jenis lain dari lehernya yang Panjang. Foto: Agustinus, Konsorsium
Burung Pecuk ular (Anhinga melanogaster) sering di jumpai bertengger pada batang kayu mati, mudah dibedakan dari jenis lain dari lehernya yang Panjang. Foto: Agustinus, Konsorsium

 

Burung Pecuk ular (Anhinga melanogaster) sering di jumpai bertengger pada batang kayu mati, mudah dibedakan dari jenis lain dari lehernya yang Panjang. Foto: Agustinus, Konsorsium
Burung Pecuk ular (Anhinga melanogaster) sering di jumpai bertengger pada batang kayu mati, mudah dibedakan dari jenis lain dari lehernya yang Panjang. Foto: Agustinus, Konsorsium

 

 

 

 

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020