Termasuk Famili Jalak, Dua Spesies Burung Kerak Ini Terancam Punah

June 27, 2024

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Burung kerak atau Acridotheres adalah genus dari burung jalak (Sturnidae). Tersebar luas di daerah tropis selatan Asia, meliputi Tiongkok Selatan, Iran Timur, hingga Indonesia. Dari beberapa spesies yang ada di Indonesia, dua di antaranya akan dibahas dalam artikel ini. Bagaimana, karakteristik dari burung tersebut? Yuk, lihat penjelasannya!

Burung Kerak Kerbau

Burung dengan nama Acridotheres javanicus dikenal juga sebagai jalak kerbau atau kebo dan jalak hitam. Spesies ini tersebar luas di Asia Timur dan Asia Tenggara, sementara di Indonesia dapat dijumpai di Jawa dan Bali. Hidup dengan ketinggian mencapai 1.500 mdpl. Habitat alami berada di padang rumput, sawah, perkebunan, hutan mangrove, terkadang juga ditemui di daerah pedesaan.

Hidup dalam kelompok besar maupun kecil. Mencari makan di sekitar padang rumput, lahan pertanian, dan juga pemukiman. Jika di alam bebas, burung ini sering mendatangi areal ladang penggembalaan kerbau. Kerap kali bertengger di atas punggung kerbau sambil mencari kutu yang menempel pada tubuh kerbau tersebut. Oleh karena itulah, asal mula disebut sebagai burung kerak kerbau (jalak kerbau).

Sama seperti jalak pada umumnya, kerak kerbau adalah burung omnivore yang memangsa serangga (jangkrik dan ulat bambu), di samping itu juga memakan buah, biji-bijian, dan nektar. Masa berkembangbiak berlangsung dari bulan Mei – November. Dapat menghasilkan 2 – 3 butir telur berwarna hijau biru dan sarangnya berada di lubang pohon.

Kerak kerbau berukuran sedang dengan dominasi bulu berwarna abu-abu tua (kehitaman). Namun, ada bercak putih pada bulu primernya, tunggir, dan ujung ekornya. Postur tubuh sang jantan lebih panjang dibandingkan betina. Begitu juga dengan tatapan matanya yang tampak tajam. Jambul tampak pendek, iris berwarna jingga, paruh beserta kaki berwarna kuning.

Kerak kerbau banyak diburu karena termasuk salah satu burung kicau yang populer. Kicauannya berbunyi parau dengan nada “ciriktetowi“, berbagai suara siulannya “criuk, criuk” yang khas, terutama sewaktu terbang. Hal inilah yang membuat sebagian orang tertarik untuk memeliharanya, bahkan memburunya. Alhasil populasinya kian berkurang, sehingga terancam punah. 

Burung Kerak Jambul

            Burung kerak jambul atau bernama latin Acridotheres cristatellus   dikenal juga sebagai jalak cina. Spesies dari famili jalak ini berasal dari Tiongkok Tenggara dan Indonesia. Dasar penamaannya diambil dari bulu yang berada pada dahinya dan menyerupai jambul.

            Sebagai burung omnivora, makanan utama kerak jambul adalah serangga. Akan tetapi, juga bisa memakan berbagai jenis buah-buahan dan biji-bijian. Perawakannya mirip seperti burung kerak kerbau, hanya perbedaannya terletak pada lebar warna putih pada ujung ekor dan paruh. Di mana warna paruhnya keputihan, bukan kuning seperti jalak lainnya.

            Ukuran tubuhnya sedang dengan panjang yang mencapai 27 cm. Warna tubuhnya hitam legam dengan bercak putih berkilau pada sayapnya. Terdapat jambul kecil tepat di atas kepala dan pangkal paruhnya berwarna kuning tidak begitu pekat.

            Hidupnya secara berkelompok, bahkan sesekali bercampur dengan burung gagak lain saat bertengger dan mencari makan. Sebagian besar wilayah jelajahnya berada di perkotaan, perdesaan, taman, kota, padang rumput, dan bersarang di gedung-gedung. Kerap kali juga berada di dekat peternakan untuk memakan serangga di sekitar mereka.konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml).

Kerak Kerbau (Acridotheres javanicus). Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Kerak Kerbau (Acridotheres javanicus). Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

 

Burung Kerak Jambul (Acridotheres cristatellus) di Lahan Basah Suwi. Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Burung Kerak Jambul (Acridotheres cristatellus) di Lahan Basah Suwi. Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS
Dijuluki Sebagai Beruang Terkecil di Dunia, Begini Fakta Tentangnya!

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020