Dijuluki Sebagai Beruang Terkecil di Dunia, Begini Fakta Tentangnya!

June 27, 2024

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Jika mendengar satwa bernama “beruang madu,” rasanya tidak asing bukan? Satwa yang menggemaskan ini termasuk jenis beruang terkecil di dunia loh! Namun sayang, populasinya semakin berkurang akibat perburuan liar, perdagangan satwa, hingga rusaknya habitat asli akibat pembukaan lahan.

Tersebar di Benua Asia

            Beruang madu bernama latin Helarctos malayanus ini tersebar dibeberapa negara bagian Asia Tenggara, meliputi Thailand, Myanmar, Malaysia, Laos, Kamboja, India, Burma, Cina Selatan dan Indonesia. Di Indonesia dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

            Habitat alami berada di kawasan hutan yang luas, terkadang juga memasuki kebun-kebun di daerah terpencil, pegunungan rendah, dan hutan rawa. Di Kalimatan, beruang madu ditemukan hidup di rawa gambut dan hutan sekunder.

Tubuhnya Kecil, Tapi Pemanjat Pohon yang Handal

            Jika dibandingkan dengan jenis beruang lainnya, Helarctos malayanus hanya memiliki panjang tubuh sekitar 1,4 meter dengan tinggi punggung sekitar 70 cm. Beruang dewasa punya bobot tubuh mencapai 50 – 65 kg. Jadi tak heran, kalau spesies ini termasuk beruang terkecil di dunia.

            Tubuhnya didominasi warna hitam pekat dengan bulu keputih-putihan dan kuning pada bagian dadanya. Terdapat kuku yang panjang dan terdiri dari masing-masing lima pada sepasang kaki depan maupun belakangnya. Kakinya lebar tanpa bantalan, cakar panjang, dan melengkung. Bentuk dan kuku yang panjang inilah, membuatnya sebagai pemanjat pohon yang handal.

            Mereka bisa memanjat pohon tinggi yang berbatang lurus dengan cepat serta mudah. Selain itu, mereka menggunakan kaki depan dan cakarnya yang panjang untuk menggali batang pohon yang busuk beserta tanah untuk mencari serangga. Tak hanya itu, lidahnya pun panjang yang memungkinkan untuk mengambil makanan dengan lebih mudah. Penglihatan dan penciumannya tajam, sehingga bisa mendeteksi berbagai ancaman di dekatnya.

Tidak Melakukan Hibernasi dan Aktif Pada Malam Hari

            Beruang madu tidur dan beristirahat pada siang hari di atas pohon yang tingginya sekitar 2 – 7 meter dari permukaan tanah. Mereka membuat sarang dari dahan-dahan kecil di atas pohon yang digunakan untuk tidur. Keberlangsungan hidup mereka bergantung pada kemampuannya untuk membangun sarang yang aman di atas pohon.

             Helarctos malayanus tidak melakukan hibernasi layaknya beruang yang hidup di negara empat musim. Mengapa demikian? Karena tempat hidupnya beriklim tropis dan makanannnya sudah tersedia sepanjang tahun.

            Selain itu, mereka aktif pada malam hari untuk mencari makan. Kebiasaan ini dilakukan untuk menghindari panas dari sinar matahari yang kuat di hutan tropis tersebut. Fakta menarik lainnya, beruang madu ternyata satwa soliter dan memiliki sifat pemalu. Mereka selalu menghindari berinteraksi dengan manusia, bahkan jarang terlihat bersama beruang lainnya kecuali saat bersama anaknya. Namun akan bersosialisasi dengan beruang lain ketika memasuki musim kawin.

Beruang Madu Adalah Hewan Omnivora

            Meski bernama “beruang madu”, tetapi mereka tergolong hewan omnivora. Tak hanya memakan madu saja, namun juga aneka buah-buahan, biji-bijian, dedaunan, serangga tanaman hutan, bagian lunak dari tanaman seperti rotan, bahkan tunas tanaman jenis palem.

Sering kali juga menjarah kebun-kebun sayuran, tebu, durian, dan jagung apabila terdesak akibat langkanya makanan di dalam hutan. Beruang madu menggunakan cakarnya untuk merobek sarang lebah agar mendapatkan madu dan larva serangga.

            Jika beruang memakan buah, biji yang ditelan tidak akan rusak dan tetap utuh. Setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh. Hal inilah yang membuatnya sangat berperan penting sebagai penyebar tumbuhan berbiji besar, seperti cempedak dan lahung.

Proses Perkembangbiakan Beruang Madu

            Beruang madu tidak memiliki musim kawin, tetapi perkawinannya dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang betina telah siap kawin. Mereka mencapai kematangan seksual pada usia 3 – 4 tahun. Beruang akan mengandung selama 95 – 96 hari, biasanya akan melahirkan dua ekor anak, dan akan menyusui selama 18 bulan.

Terkadang hanya terlihat bersama dengan satu bayi dan jarang membawa dua bayi setelah kehamilannya. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau lubang pepohonan. Bayi akan lahir tanpa bulu dan masih sangat lemah agar dapat bertahan hidup, bayi beruang akan tetap tinggal di sarang, sampai ia mampu berjalan bersama sang induk untuk mencari makan. Bayi beruang akan hidup bersama induknya sampai usia dua tahun dan kemudian hidup secara mandiri.

Ancaman Bagi Beruang Madu

            Beruang madu termasuk dalam daftar satwa dilindungi. Kehilangan habitat asalnya menyebabkan penurunan populasi yang akan mengancam keberlangsungan hidup beruang madu tersebut. Keluarnya beruang madu dari habitat aslinya menjadi pertanda jika hutan sudah tidak bisa menyediakan kebutuhan dasar yang layik bagi sang beruang madu. Belum lagi, perburuan dan perdagangan beruang secara illegal juga mengancam keberlangsungan hidup beruang.

            Satwa ini memiliki tingkat reproduksi yang rendah. Beruang betina hanya melahirkan satu anak dalam satu periode kehamilan. Artinya populasi mereka sangat rentan terhadap tekanan lingkungan dan perburuan illegal yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab. Upaya konservasi sangatlah penting untuk melindungi beruang madu dan ekosistem tropis yang mereka huni. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml).

Foto Beruang madu yang didapat melalui kamera trep di Lahan Basah Suwi
Foto Beruang madu yang didapat melalui kamera trep di Lahan Basah Suwi

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020