Burung Sepatu Jengger, Punya Kaki Panjang Mirip Ayam

May 20, 2024

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Pernahkah kamu mendengar nama burung sepatu jengger? Burung ini memiliki bentuk yang mirip seperti ayam, tetapi kakinya panjang dan jarinya pun lebar. Salah satu ciri khasnya lainnya, yaitu jambul berwarna merah. Nah, kira-kira apa saja keunikan lainnya dari burung ini ya? Yuk, kita baca artikel berikut ini!

Bisa Berjalan Di Atas Permukaan Tanaman Air

            Dalam bahasa ilmiah, burung Sepatu Jengger dikenal dengan nama Irediparra gallinacean yang berasal dari famili Jacanidae. Selain bentuk dan jambulnya yang mirip seperti ayam. Ternyata, masih ada keunikan lainnya nih!

Burung ini bisa berjalan di atas benda-benda yang berada di atas permukaan air. Salah satunya berjalan di atas daun tumbuhan teratai di permukaan air. Mengapa bisa? Karena burung ini punya jari yang terbuka lebar yang berfungsi menyokong tubuhnya saat berjalan di atas daun teratai atau di permukaan air.

            Burung sepatu jengger berukuran 20 – 27 cm. Terdapat jengger berwarna merah yang mencolok. Bagian kepala, punggung, ekor, hingga dadanya berwarna hitam. Sementara bagian tenggorokan dan wajahnya tampak berwarna kuning keemasan.

Lalu, pada sayapnya berwarna bulu coklat perunggu mengkilap. Perutnya berwarna putih. Iris matanya cokelat, paruhnya merah dengan bagian ujung berwarna hitam. Seperti yang sudah disinggung, kaki dan jari-jarinya pun panjang yang berwarna abu-abu. Burung ini mengeluarkan suara pekikan yang terdengar mirip suara seruling.

Mereka Suka Tinggal Di Lahan Basah

            Irediparra gallinacean tersebar di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, Mindanao, hingga Australia yang meliputi daerah di jalur Wallace. Burung sepatu jengger menghuni area lahan basah air tawar, lahan pasang surut, dan rawa-rawa yang memiliki tipe vegetasi mengapung di atas permukaan air. Contohnya tumbuhan seperti eceng gondok dan teratai.

            Jari kaki yang sangat panjang memudahkannya berjalan di atas tumbuhan mengapung. Sambil berjalan di atas permukaan, mereka juga mencari makan berupa biji-bijian dan serangga air. Selain itu, mereka membangun sarang di atas tumbuhan tersebut. Jenis ini jarang dijumpai, Lahan Basah Mesangat hanya ada tiga temuan, yaitu  pada bulan November 2021, Januari 2022, dan Desember 2023.

Sang Jantan Berperan Penting

            Tidak hanya betina, tapi sang jantan juga ikut andil mengambil peran menjaga anak-anaknya. Telur yang dihasilkan oleh betina, kemudian akan dierami oleh induk jantan. Setelah anaknya menetas dari telur, sang jantan juga akan menjaga anak-anaknya.

            Sebagian besar sarang burungnya bisa hilang sebelum menetas. Maka dari itu, burung sepatu jengger jantan akan menjaga anaknya dengan sangat berhati-hati. Beberapa penelitian mengatakan, induk burung langsung meninggalkan anaknya untuk mencari pasangan lain karena telur burung tidak selamat.

            Ketika memasuki masa berkembang biak, mereka bisa menghasilkan sebanyak 4 butir telur. Telurnya berwarna cokelat pucat dengan coretan hitam. Biasanya akan bersarang di atas vegetasi yang mengapung. Sang induk memindahkan telurnya hanya dengan membawanya di bawah dagu saja. (ml)

Burung Sepatu Jengger (Irediparra gallinacean) di Lahan Basah Mesangat. Foto: Arman, YKonsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Burung Sepatu Jengger (Irediparra gallinacean) di Lahan Basah Mesangat. Foto: Arman, YKonsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020