Siapa yang tidak kenal dengan burung layang-layang? Spesies ini berasal dari kelompok burung pengicaw dari famili Hirundinidae. Uniknya, ciri khas antara satu dengan yang lainnya memiliki kemiripan. Jadi tidak heran, kalau banyak yang sulit membedakannya. Kali ini, kami akan membahas dua jenis burung layang-layang.
Burung Layang-layang Api
Pernahkah kamu melihat burung layang-layang api? Burung yang satu ini memang terdengar agak asing ditelinga. Penyebarannya secara global, meliputi Eropa, Asia sampai Australia. Saat memasuki musim dingin, burung layang-layang akan bermigrasi ke arah selatan lewat Afrika, Asia, Asia Tenggara, Australia, dan juga Indonesia.
Burung dengan nama latin ini Hirundo rustica dijumpai di seluruh Kepulauan Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Layang-layang api menyukai area terbuka dengan sedikit tutupan vegetasi, perairan, daerah pesisir, danau, rawa, dan juga mangrove.
Ketika musim migrasi, mereka akan menghindari cuaca yang ekstrem dan mencari makan dalam kelompok besar. Bahkan, jumlahnya bisa mencapai ratusan hingga ribuan. Kawanan burung akan kembali ke habitatnya pada Februari dan Maret saat cuaca menghangat.
Kebiasaannya bertengger pada kabel-kabel listrik di perkotaan, pemukiman, dan dahan maupun ranting kering. Tak jarang, jenis ini juga bergabung dengan layang-layang batu. Bentuknya pun sangat mirip, sehingga tidak terlihat perbedaannya saat sedang bertengger.
Layang-layang api termasuk jenis burung pemakan serangga berukuran kecil. Begitu pula dengan ukuran tubuhnya yang mencapai 20 cm saja. Sementara ekornya panjang dan tampak menggarpu. Bagian dahi dan leher berwarna merah bata, lalu bagian belakang tubuh dan sebagian sayapnya biru mengkilap. Mahkota dan iris mata berwarna cokelat, kaki maupun paruhnya berwarna hitam.
Layang-layang Batu
Burung layang—layang (Hirundo tahitica) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Pacific Swallow ini berasal dari famili Hirundinidae. Layang-layang batu tersebar luas di wilayah Asia Selatan hingga Asia Tenggara yang meliputi, Indonesia, Filipina, Semenanjung Malaysia, Myanmar, Thailand, India, dan Sri Lanka.
Hirundo tahitica bertubuh kecil dengan panjang sekitar 14 cm. Bagian punggungnya berwarna biru, sementara sayap dan ekor berwarna cokelat, dan bagian wajah hingga tenggorokannya merah, serta bagian bawah tubuh kehitaman. Bagian ekornya tampak pendek dan tidak becabang.
Hidup di zona iklim tropis dan subtropis. Habitatnya tersebar secara luas dari daerah pantai hingga perbukitan dengan ketinggian 1.500 m dpl. Hidup di area terbuka dan belum pernah ditemukan di kawasan hutan rapat. Saat pagi hari, punya kebiasaan menggeliat dan kemudian paruhnya digunakan untuk membersihkan badannya yang mungil.
Burung layang-layang batu juga hidup secara berkelompok dan mencari tempat untuk membuat sarang yang aman agar terhindar dari predator. Mereka membuat sarang dengan bahan dasar lumpur di dinding atau tebing.
Sarangnya dibangun berbentuk cangkir rapi. Kemudian sarangnya dilapasi dengan bahan yang lembut, terkadang juga ranting-ranting pohon yang berfungsi untuk mengerami telur, menetaskan telur, menyimpan telur, beristirahat, dan sebagai tempat perlindungan bagi anak-anaknya. Layang-layang batu bisa menghasilkan 2 – 3 butir telur. Sementara masa berkembangbiaknya berlangsung antara bulan Desember sampai dengan bulan Juli.
Jenis burung insektivora ini memakan serangga, seperti kumbang, semut, dan rayap. Kadang juga ikan-ikan kecil menjadi makanannya. Biasanya dijumpai pada aliran sungai saat siang hari untuk memangsa ikan kecil di sungai tersebut.
Layang-layang batu termasuk spesies yang sangat adaptif, lebih suka area terbuka, dan terbang sangat cepat. Kerap kali terlihat bertengger pada cabang atau ranting pohon kering, bahkan juga pada kabel listrik yang melintang. Jika terbang, mereka akan selalu menyambar serangga di area persawahan dan cukup berdampak baik bagi petani karena berperan membantu dalam pengendalian populasi hama.(ml)