Burung Tekukur : Karakteristik, Habitat, dan Pola Perilaku

March 22, 2024

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Siapa yang tidak asing lagi dengan burung tekukur (Streptopelia chinensis)? Satwa ini liar ini kerap dijadikan hewan peliharaan karena kicaunnya yang unik dan populer. Jadi nggak heran, kalau kelompok kicau mania suka dengan burung yang satu ini. Lalu, bagaimana klasifikasi dari tekukur? Yuk, lihat penjelasannya.

Karakteristik

            Burung tekukur memiliki ukuran tubuh sedang yang berkisar 30 cm. Warna tubuhnya cokelat kemerah-jambuan. Ekor panjang dan bulu ekor bagian luar memiliki tepi putih yang tampak tebal. Sememtara bulu sayapnya lebih gelap dibandingkan dengan bulu tubuhnya. Terdapat bercak hitam khas pada leher. Iris matanya berwarna jingga, paruh hitam, dan kaki merah.

           Jenis jantan dan betina spotted dove juga memiliki sejumlah perbedaan. Burung betina umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan jantan, kemudian iris matanya pun terlihat kekuningan alih-alih jingga.Sang betina juga tidak memiliki bercak putih-hitam di bagian lehernya. Sementara pejantan dapat berkembang biak sampai seberat 130 gram, lalu bulu di bagian bawah tubuhnya berwarna merah anggur.

Habitat dan Penyebaran

            Burung ini hampir ditemukan pada semua habitat terbuka dan ranting pepohonan yang tinggi. Habitat alaminya berada di hutan, agroforest, perkebunan, persawahan, dan biasa hidup di sekitar pemukiman.

            Selain itu, tekukur terkenal sebagai burung sangkar dan telah diintroduksi secara meluas. Tekukur tersebar di seluruh wilayah, meliputi India, Asia Tenggara, Afrika, Karibia, hingga Australia. Sementara penyebaran lokal di Indonesia, meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara.

Kebiasaan dan Perilaku

            Bagaimana perilaku seekor tekukur ini? Burung tekukur adalah jenis satwa liar yang hidupnya berdampingan dengan manusia. Biasanya dijumpai pada semua habitat terbuka, berada di ranting pepohonan, sering berdiam diri, dan kadang juga terlihat berkelompok. Burung ini menyukai ketenangan. Jika merasa terganggu, tekukur akan terbang dengan kepakan sayap pelan dan khas.

            Mereka mencari makan di atas permukaan tanah. Sementara itu, akan bersarang sepanjang tahun. Sarang sederhana ini terbuat dari ranting dan disusun pada semak-semak yang rendah. Tekukur bersarang di vegetasi rendah, kemudian membangun beberapa ranting tipis yang berfungsi meletakkan telurnya. Kadang, sarang juga ditempatkan di tanah ataupun gedung.

            Spesies ini bertipe herbivora yang mencari makan di tanah untuk mencari benih rumput, biji-bijian, buah-buahan yang jatuh, dan benih tanaman lain. Saat musim kawin, sang jantan akan sering mengeluarkan suara kicauan yang keras seperti ‘terkuku-terkuku’ sambil menganggukkan kepala dan menari di hadapan sang betina. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian tekukur betina.

            Burung tekukur akan mencapai kematangan seksual pada umur 6 bulan, sementara itu usia produktfinya mencapai 5 tahun. Waktu pengeraman telur pun bervariasi, tetapi tidak lebih dari 14 hari. Umur anak disapih sekitar 1 bulan dan 14 hari sesudahnya, sang induk dapat bertelur kembali. Maka dari itu, jarak antara masa bertelur 45 – 50 hari atau bahkan bisa lebih cepat hanya 30 – 40.(ml)

Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) di Lahan Basah Mesangat Suwi. Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Burung Tekukur (Streptopelia chinensis) di Lahan Basah Mesangat Suwi. Foto: Nur Linda-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020