Burung Mandar, Spesies Perenang yang Handal

October 24, 2023

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Mandar batu atau Gallinula chloropus salah satu jenis burung yang dikenal sebagai perenang dan penyelam handal. Sebagai burung penyelam, tentu saja spesies ini bisa menahan nafas ketika berada di dalam air. Kira-kira, seperti apa keunikan lain dari burung ini? Yuk, Simak penjelasannya berikut ini.

Persebaran dan Habitat Alami

            Mandar batu tersebar di Indonesia, Australia, dan Selandia Baru. Burung dari famili Rallidae ini menghuni lahan basah air tawar yang terlindungi oleh vegetasi rawa gambut, danau, sawah, dan waduk. Biasanya juga benerang di dekat vegetasi, bersarang di tepi perairan, dan beristirahat di panggung-panggung yang terususun dari rumpun bambu.  

Perilaku dan Masa Berkembang Biak

            Seperti yang sudah disinggung, burung ini penyelam dan perenang handal. Memiliki kemampuan yang gesit, tetapi tidak dapat terbang tinggi. Selain itu, juga akan menyelam ke dalam air untuk menghindari pemburu.

Burung mandar berkembang biak pada bulan November – Juli. Ketika memasuki musim reproduksi, mandar batu akan menghasilkan 5 – 18 butir telur berwarna putih-keputihan dan bersarang di tepi perairan. Sayangnya, burung ini banyak diburu oleh masyarakat sekitar karena sering menginjak-ijak tanaman padi yang dimanfaatkan. Jadi tidak heran, jika para petani geram dan ingin memburunya.

Makanan Mandar Batu

            Satwa ini termasuk burung omnivor atau pemakan segalanya. Burung ini memakan tumbuhan dan hewan, seperti cacing tanah, moluska, krustasea, serangga dewasa, larva (lalat, capung, kumbang), ikan kecil, berudu, dan tumbuhan air (alga hijau dan lumut). Biasanya akan mencari makan pada pagi dan sore hari.

Karakteristik Mandar Batu

            Warna burung mandar didominasi hitam pekat dengan tepian putih pada bulu ekor bawah. Bentuknya juga menyerupai ayam dengan jengger merah di kepalanya. Perbedaan antara jantan dan betina terletak pada jenggernya. Sang betina justru memiliki cengger, sementara jantan berwarna abu-abu hitam bercorak garis-garis.  Suaranya cukup vocal dan menghasilkan berbagai jenis suara menjerit. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml).

Mandar batu (Gallinula chloropus) di Lahan Basah Mesangat. Foto: Zulfikar Ngareng (konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Mandar batu (Gallinula chloropus) di Lahan Basah Mesangat. Foto: Zulfikar Ngareng (konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020