Baung adalah ikan air tawar yang mendiami perairan Indonesia. Baung kerap kali dijuluki “ikan berkumis” karena ciri fisiknya menyerupai ikan lele. Terdapat lebih dari tujuh jenis baung tersebar di seluruh Indonesia, meliputi Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Dua di antaranya Mystus microcanthus dan Mystus nigriceps akan dibahas dalam artikel ini.
Mystus microcanthus
Mystus microcanthus atau ikan baung ini hidup di perairan tawar yang airnya tenang. Maka dari itu, baung banyak ditemukan di rawa-rawa, danau, dan waduk. Baung juga termasuk ikan benthoplagic yang hidupnya bisa di perairan tawar dan payau dengan suhu 22 – 25oC.
Seperti yang telah disinggung, bahwa ikan baung memiliki tampilan fisik mirip dengan ikan lele. Perbedaannya terletak pada kulit dan bentuk tubuhnya, di mana ikan baung cenderung memiliki kulit lebih halus dan tubuh yang ramping.
Berdasarkan penelitian, ikan baung memiliki empat pasang sungut panjang yang letaknya berada pada bagian rahang atas, rahang bawah, hidung, dan dagu. Lalu, sirip lemaknya lebih panjang dibandingkan sirip bokong dan surup ekornya berlekuk ke dalam. Sirip lemak terbentuk terpisah dengan sirip bagian punggung. Warna badannya mengkilap, pada bagian punggung terdapat bintik-bintik hitam, bagian dahi kepala juga lebih menonjol.
Mystus nigricep
Mystus nigricep menyebar di beberapa wilayah Asia Tenggara, di antaranya Thailand, Semenanjung Malaya, Laos, dan Indonesia (Kalimantan, Sumatera, dan Jawa). Jenis ikan baung ini memiliki nama penyebutan yang berbeda, misalnya senggaringan (dalam Bahasa Palembang dan Jawa. Ada pula Kelebere dalam Bahasa Kalimantan (Lahan Basah Mesangat – Suwi).
Ikan ini memiliki empat pasang sungut yang terletak pada rahang atas, rahang bawah, hidung, dan dagu. Sungut rahang atas panjang hingga pangkal ekor. Badannya mengkilap, punggung berwarna hitam, sirip ekor berlekuk ke dalam, dan memiliki patil yang tidak keras pada sirip punggung, serta sirip dada.
Potensi Ekonomi Budidaya Ikan Baung
Sebagai ikan lokal, baung memberikan keuntungan bagi pembudidaya. Ikan ini banyak dibudidayakan di daerah Sumatera dan Jawa karena membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Baung juga sering dikonsumsi karena tekstur dagingnya yang lembut dan gurih. Tidak heran, kalau baung cukup banyak peminatnya. Budidaya ikan baung pun menjadi peluang usaha yang menggiurkan.
Salah satunya, di Lahan Basah Suwi, di mana para nelayan banyak menjual baung yang sudah diolah menjadi ikan asap dengan harga Rp 180.000 perkilogramnya. Selain mendongkrak perekonomian, membudidaya ikan baung juga membantu menjaga keberlanjutan ekosistem ikan lokal.
Nelayan di lahan basah Suwi hampir setiap bulan mendapatkan ikan Baung, namun pada saat air paling tinggi, yaitu pada bulan Desember 2022, ikan baung tidak didapatkan. Sementara di lahan basah Mesangat sejak tahun 2022, nelayan tidak pernah didapatkan ikan baung. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin. (ml.)

