Ikan biawan atau Helostoma temminkii adalah spesies asli Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tak hanya itu, harga jualnya pun cukup mahal. Nah, kira-kira seperti apa ikan biawan itu? Yuk, simak penjelasannya!
Habitat
Biawan tersebar di beberapa wilayah, di antaranya Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Ikan ini hidup di perairan tawar dan payau, anak sungai, danau, perairan rawa yang banyak tumbuhan air, hingga muara-muara sungai berlubuk dan berhutan di pinggirannya.
Selain itu, biawan sangat toleran terhadap kondisi perairan tempat mereka tinggal. Ikan ini juga memiliki alat pernapasan tambahan yang membantunya untuk beradaptasi, sehingga dapat hidup di lingkungan air yang kadar oksigennya rendah.
Kebiasaan dan Makanan
Biawan termasuk jenis ikan omnivora dengan makanan yang bervariasi. Ikan ini kerap kali memakan plankton, tumbuhan air, lumut, serangga air, dan organisme kecil lainnya.
Penyebutan Nama Ikan Setiap Daerah
Ikan biawan tersebar di seluruh sungai Indonesia, jadi tidak heran bila nama penyebutannya pun berbeda-beda. Misalnya, dalam bahasa Inggris disebut kissing gourami.
Beberapa nama lokal, di antaranya ikan singkek (Kepulauan Riau), ikan terbakan (Jawa Barat), ikan tambakan (Jawa Tengah), ikan sapul (Sumatera dan Sulawesi), dan ikan biawan (Kalimantan).
Masa Reproduksi
Biasanya, selama musin hujan atau banjir, biawan akan memasuki perairan pedalaman hingga ke area rawa untuk melakukan pemijahan. Masa pemijahan ini dapat berlangsung sepanjang tahun dan terjadi sendiri secara alami ketika periode musim kawin tiba.
Biawan termasuk ikan yang mudah berkembang biak, dalam kurun waktu tiga bulan saja populasinya bisa bertambah dua kali lipat dari populasi awal.
Sang betina akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian menempel pada tanaman air. Satu hari setelah dilepaskan, telur akan menetas dan setelah dua hari anak-anak ikan dapat berenang bebas.
Ciri-ciri Ikan
Ikan biawan mempunyai bentuk tubuh pipih vertikal. Dapat tumbuh dengan panjang mencapai 30 cm. Pada sirip punggung hingga sirip analnya juga memiliki bentuk maupun ukuran yang serupa.
Terdapat pola garis tipis dari pengkal celah insang sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada 43 – 48 sisik yang menyusun gurat sisi.
Ciri khas dari ikan ini, yaitu pada bagian mulutnya yang memanjang. Mulutnya menjulur ke depan untuk membantunya mengambil makanan, seperti saat memakan lumut yang melekat. Ia memiliki tapis insang yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan ketika masuk bersamaan dengan air.
Menariknya lagi, ternyata jantan dan betina memiliki ciri-ciri yang sukar dibedakan. Ikan jantan memiliki tubuh kecil dan ramping. Sementara warna tubuhnya cenderung cerah, sirip ekor lebih panjang, sirip dada juga berwarna cerah dan panjang, sirip punggung pendek, serta bentuk kepala lancip.
Untuk ikan betina tubuhnya lebih besar, warna tubuh gelap, sirip ekor pendek, warma sirip dada gelap, sirip punggung panjang ke belakang, dan kepalanya cenderung lebih lebar dan bulat dibandingkan jantan.
Biawan Diolah Menjadi Ikan Asin
Setiap daerah pasti memiliki cara pengolahannya masing-masing, salah satunya di Lahan Basah Mesangat-Suwi, Kalimantan Timur. Para nelayan biasanya akan menangkap ikan biawan setelah banjir yang cukup lama kemudian air mulai surut. Kemudian, diolah menjadi ikan asin yang harga jualnya bisa mencapai Rp. 60.000 / kilo.
Namun, pertumbuhan populasi biawan di alam bergantung pada reproduksi dan respon terhadap perubahan lingkungan. Sering kali penangkapan ikan di perairan tidak terkendali. Tak jarang, ikan yang matang gonad dan siap berpijah juga ikut tertangkap.