Mangifera gedebe, Jenis Mangga yang Terancam Punah

May 15, 2023

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Mangifera gedebe adalah tumbuhan dari famili Anacardiaceae atau mangga-manggan. Secara alami, tumbuhan ini hidup liar di hutan payau, tepi sungai, tepi danau, dan daerah berawa.

 

            Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 23 m di atas permukaan laut. Selain itu, bisa tumbuh berasosiasi dengan tumbuhan hutan lain. Adapula keunggulannya, yaitu dapat bertahan pada kondisi tergenang dalam waktu yang relatif cukup lama. Maka dari itu, banyak tumbuh di kawasan lahan rawa sebagai habitat atau tempat tumbuhnya.

                Mangifera menyebar di wilayah Asia tropis, salah satunya Indonesia yang meliputi Pulau Jawa (Bantam dan Rawa Danau), Sumatera (Riau dan Lampung), lalu Kalimantan (Kutai bagian barat), hingga Papua (Wasur dan Merauke). Namun sayang, keberadaannya sudah mulai langka dijumpai di Kalimantan Timur.

          Disetiap daerah, penyebutan nama tumbuhannya pun berbeda-beda. Misalnya, di Pulau Jawa disebut kedipir, daerah Sumatera menyebutnya gedepir, repik, dan repel untuk daerah Kalimantan Tengah.

                                 Berbeda dengan manga pada umumnya, buah repeh dapat dimakan saat masih muda serta rasanya sangat masam. Biasanya dimakan untuk pencok, rujak, atau campuran sambal. Bila sudah tua, seratnya sangat tinggi, daging buahnya sedikit dan keras.

               Bentuk buahnya unik dengan kulit yang tebal, sehingga buah repeh bersih dari hama. Tak heran, jenis mangga repeh ini sebagai sumber genetik yang berharga untuk pengembangan mangga di masa mendatang.

                Batangnya kokoh, dan tahan terhadap penggerak batang, oleh karena itu kayunya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan yang awet.

               Umumnya pohon repeh berukuran sedang hingga besar, bisa tumbuh tinggi mencapai 30 meter dengan diameter sekitar 60 cm. Tidak berakar banir, tetapi batangnya membesar dibagian pangkal. Permukaan kulit batang membisul dan halus, serta bewarna abu-abu sampai cokelat pucat.

               Bentuk daun lonjong, seperti daun mangga. Panjangnya 5,5 – 25 cm dengan lebar 2,5 – 6 cm. Sementara buahnya bulat agak gepeng, berwarna hijau pucat, dan hijau kekuningan saat masak. Berdiamater kurang lebih 8 – 9 cm dan bijinya mempunyai labirin.

              Berdasarkan penelitian, buah repeh mengandung vitamin C yang tinggi karena rasanya sangat masam. Walaupun demikian, ternyata buahnya juga bisa diolah menjadi asinan buah atau bentuk olahan lainnya. Tak hanya itu, jenis mangga ini menjadi salah satu pakan bekantan, khususnya di Lahan Basah mesangat Suwi. Bagian yang dimakan adalah pucuk daun dan bunganya. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml.)

Buah dan bunga repeh (Mangifera gedebe). Foto: Balitek
Buah dan bunga repeh (Mangifera gedebe). Foto: Balitek

 

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS
Dijuluki Sebagai Beruang Terkecil di Dunia, Begini Fakta Tentangnya!
Termasuk Famili Jalak, Dua Spesies Burung Kerak Ini Terancam Punah

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020