Sekilas, burung bubut menyerupai elang, di mana matanya tampak tajam dengan tubuh yang garang. Nyatanya, kedua jenis tersebut berasal dari keluarga yang berbeda. Elang adalah jenis burung raptor atau pemangsa, sementara burung bubut pemakan serangga dan hewan kecil. Jenis-jenis ini pun tersebar di seluruh wilayah Indonesia, meliputi Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, hingga Papua. Di Kalimantan, burung bubut di antaranya dapat dijumpai di Lahan Basah Mesangat Suwi, Kutai Timur. Bubut Besar paling sering dijumpai pada tahun 2021, sedang pada tahun 2022, Bubut alang-alang yang lebih sering dijumpai. Bubut Pacar Jambul dan Teragop termasuk jenis yang dilindungi.
Burung Bubut Alang-Alang
Centropus bengalensis atau bubut alang-alang memiliki peran penting dalam ekosistem, terutama untuk para petani. Spesies ini berperan sebagai pengendali populasi serangga yang sering menjadi hama, seperti ulat, belalang, dan serangga lainnya.
Bubut alang-alang tersebar seluruh wilayah, meliputi China, Asia Tenggarafa, Filipina, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, hingga Sulawesi. Secara alami, bubut alang-alang hidup di daerah terbuka, semak belukar, dan tersebar sampai ketinggian 1000 mdpl.
Pakan utamanya berupa ulat, laba-laba, belalang, hingga serangga lain. Masa reproduksinya pada bulan November, Januari, Maret, hingga Juli. Telur berwarna putih dengan jumlah 2 – 4 butir. Sarangnya berbentuk bola rumput tersembunyi dekat permukaan tanah antara batang rumput tinggi.
Bubut alang-alang memiliki ukuran sekitar 42 cm. Bulu berwarna cokelat kemerahan dan hitam, serta ekor panjang. Sementara burung remaja memiliki tubuh berwarna cokelat muda bergaris-garis. Iris mata berwarna hitam, paruh, dan kaki juga berwarna hitam.
Burung ini juga memiliki suara yang khas, yaitu bernada ‘hup’ rendah dengan tempo yang meningkat. Lalu, suaranya dilanjutkan dengan tiga bunyi ‘hup’ yang kemudian menjadi rangkaian “logokok, logokok, logokok.”
Bubut Besar
Bubut besar atau Centropus sinensis tersebar di India, China, Asia Tenggara, Filipina, dan Indonesia (Kalimantan, Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, dan Bali). Unggas ini memangsa ulat, belalang, kumbang, katak, dan kadal.
Ukuran tubuhnya besar dengan panjang mencapai 46 cm dengan paruh lebih panjang. Sekilas tampak seperti seluruh bulunya berwarna hitam biru-ungu yang mengkilap. Lalu, sayap dan bulu penutup sayap cokelat. Iris mata merah, paruh, dan kaki berwarna hitam. Sementara burung remaja, warna bulunya cenderung lebih kusam dengan palang putih pada ekornya.
Sering hinggap di atas tanah, semak-semak, dan pohon. Namun, lebih suka vegetasi yang rapat. Masa reproduksinya berlangsung pada Maret, April, dan Mei. Jumlah telur mencapai 2 – 4 butir. Selain itu, memiliki suara nada yang menggema “but-but-but”.
Bubut Pacar Jambul
Clamator coromandus atau bubut pacar jambul salah satu spesies yang memiliki warna bulu dan suara kicauan unik. Menariknya lagi, burung ini adalah spesies imigran yang sering berpindah tempat dengan menempuh jarak yang jauh saat musin tertentu.
Sebenarnya, burung ini spesies lokal di China Selatan, India, Filipina, dan beberapa tempat di Asia Tenggara. Selain itu, juga bisa mengembara hingga ke wilayah Indonesia yang meliputi Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Pulau Jawa.
Namun, bubut pacar jambul hanya ada di Indonesia pada saat wilayah asli mereka memasuki musim dingin saja. Mengapa? Karena mereka akan mengembara mencari tempat yang cuacanya lebih hangat, salah satunya Indonesia. Biasanya kisaran Oktober sampai Maret atau April. Dengan begitu, hanya waktu tertentu saja bisa mengamati dan melihat bubut pacar jambul di Indonesia.
Secara alami, habitatnya di hutan primer, sekunder, dan semak-semak yang masih terdapat banyak makanan menjadi lingkungan yang paling disukai. Berkarakter pemalu yang membuatnya sulit dijumpai.
Jika merasa ada kehadiran manusia, maka akan langsung terbang dan masuk ke dalam semak-semak. Keunikan lainnya, yaitu gemar menitipkan telur di dalam sangkar burung lain di antaranya burung bul-bul, burung cendet, hingga burung jalak. Mmencari makan dan bernyanyi di atas kanopi lebar. Memiliki suara bernada tinggi “veep-veep”, nadanya melengking “kooree”, dan suara tertawa seperti maniak.
Bubut Teragop
Bubut Teragop (Centropus rectunguis) jarang ditemukan karena populasinya terbagi-bagi atau terpecah. Namun, tersebar di wilayah Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Jenis ini menyukai rerumputan hutan primer, sekunder, dan semak pantai.
Ukurannya juga besar bisa mencapai 30 cm. Bulu berwarna hitam dengan sayap cokelat tua. Ciri khas lainnya, yaitu memiliki jambul tegak berwarna hitam. Iris mata berwarna merah, paruh, dan kaki hitam. Selain itu, memiliki suara yang sangat keras, bernada “bup” yang menggema.(ml)
![Burung Bubut Alang-alang (Centropus bengalensis) di Lahan Basah Mesangat. Foto: Mohamad Zulfikar, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin](http://yasiwa.org/wp-content/uploads/2022/12/12.c-1-300x225.jpg)