Jenis Elang yang umum di Lahan Basah Mesangat Suwi

November 28, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Elang adalah burung pemangsa yang berperan sebagai pengendali ekosistem dan menduduki puncak dari rantai makanan (top predator). Spesies karnivora ini memangsa mamalia kecil, seperti tikus, kadal, ikan, hingga burung kecil lainnya. Bahkan, dapat menerkam mangsanya dengan cepat.

            Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 17 jenis burung elang tersebar di seluruh Indonesia. Empat diantaranya yang sering dijumpai di Lahan Basah Mesangat Suwi, yakni Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus), Elang Tikus (Elanus caeratus), Elang Ikan Kecil (Ichthyophaga humilis), dan Elang ikan Kepala kelabu (Ichthyophaga ichthyeatus).

Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus)

            Selanjutnya, elang brontok termasuk burung pemangsa (raptor) yang menerkam mangsanya dengan cengkeraman cakar. Raptor juga berperan sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Secara alaminya, elang brontok bisa dijumpai di areal persawahan, perkebunan, hingga hutan. Selain itu, tersebar luas di Indonesia yang meliputi, Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Kepulauan Sulawesi.

            Secara alaminya, elang brontok memiliki bulu berwarna cokelat, sebelah bawah tubuh dan ekor berwarna cokelat kemerahan dengan garis hitam yang melintang pada sayapnya. Tedapat juga warna hitam yang membujur di bagian leher dan bercak kecokelatan pada dada.

            Spesies ini hanya berpasangan ketika musim berbiak. Jika di luar waktu tersebut, biasanya sering ditemukan menjelajah secara individu di hutan terbuka, sabana, dan padang rumput. Elang brontok cenderung suka berburu di tempat yang terbuka. Kemudian menyerang mangsanya yang meliputi reptil, burung atau mamalia kecil. 

            Menurut IUCN (The International Union for Conservation of Nature), elang brontok masuk ke dalam status konservasi resiko rendah (Least Concern) dilindungi oleh pemerintah Indonesia untuk jaminan pelestariannya. Sebab perburuan liar, perdagangan, dan degradasi habitat asli menjadi faktor pemicu spesies ini terancam punah.

Elang Tikus (Elanus caeruleus)

            Elang tikus adalah spesies utama di dataran terbuka dan wilayah semi guru, seperti sub-sahara di Afrika serta beberapa wilayah tropis di Asia. Di Indonesia, burung ini bisa dijumpai di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi.

            Burung ini memangsa serangga-serangga besar, seperti belalang, jangkrik, kadal, dan kadang pula tikus. Elang tikus berburu dari tenggeran sambil mengawasi mangsanya. Lalu, terbang melayang sambil mengawasi dan menangkap mangsanya.

            Ukurannya sekitar 30 cm, berwarna putih, hitam, dan abu-abu yang khas, serta iris mata berwarna merah. Spesies ini terkenal cukup pendiam, suara nadanya tinggi, siulannya lembut. Panggilan merdu ini hanya terdengar saat musim kawin tiba.

Elang Ikan Kecil (Ichthyophaga humilis)

            Elang ikan kecil tersebar luas di kawasan Himalaya, Asia Tenggara, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia (Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi). Sementara habitat aslinya dapat ditemukan di pinggir sungai dengan kondisi air yang alami serta menghuni hutan dataran rendah sampai dengan ketinggian 1500 meter.

            Kebiasaan dari spesies ini, suka bertengger di dahan di atas sungai sambil menunggu ikan muncul di permukaan, menangkap ikan, dan membawanya ke pohon menggunakan kedua kakinya. Selain itu, sering menghabiskan waktu dengan berpindah tempat bertengger, baik di pinggir sungai ataupun danau.

            Seperti elang pada umumnya, ukuran sarang tergolong besar yang biasanya diletakkan di atas pohon tinggi. Posisi pohonnya cenderung dekat dengan aliran sungai. Elang bisa menghasilkan telur sekitar 2 – 4 butir. Ukuran tubuhnya bisa mencapai 60 cm. Sementara warna bulunya kecokelatan. Lalu, bagian kepala, leher, dan dada berwarna abu-abu.

Elang Ikan Kepala Kelabu (Ichthyophaga ichthyeatus)

            Ichthyophaga ichthyaetus adalah spesies dari Accipitridae dan genus Ichtyophaga. Sesuai dengan namanya, burung pemangsa ikan ini hidup di perairan, danau, rawa di hutan, dan sungai. Burung ini menerkam mangsanya ketika akan terbang atau posisi bertengger di pohon.

Ketika berkembangbiak, mereka akan membuat sarang yang besar dari ranting dan tangkai. Sarang akan digunakan sepanjang tahun. Elang ikan kepala kelabu bisa menghasilkan 1 – 2 butir telur.

Ukuran tubuhnya bisa mencapai 70 cm. Pada burung dewasa, kepala dan leher berwarna abu-abu, lalu dada cokelat. Sementara sayap dan punggung berwarna cokelat gelap. Bagian perut, paha, dan pangkal ekor berwarna putih. Lalu untuk burung remaja, kepala atas cokelat kekuningan. Bagian bawah cokelat dan putih, serta ekor berwarna cokelat mengkilap dengan ujung bergaris hitam (ml.).

Elang Ikan Kecil (Ichthyophaga humilis) yang dijumpai di Lahan Bsah Mesangat. Foto: Armansyah, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Elang Ikan Kecil (Ichthyophaga humilis) yang dijumpai di Lahan Bsah Mesangat. Foto: Armansyah, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

 

Elang Ikan Kecil (Ichthyophaga humilis) yang dijumpai di Lahan Bsah Mesangat. Foto: Armansyah, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.
Elang Ikan Kecil (Ichthyophaga humilis) yang dijumpai di Lahan Bsah Mesangat. Foto: Armansyah, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020