Lutung Kelabu : Ciri Khas, Persebaran, Habitat, dan Tingkah Lakunya

October 31, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) adalah salah satu primata yang memiliki peran ekologis dalam mempengaruhi pola regenerasi hutan, suksesi hutan dengan memakan daun dan buah, serta penyebar biji tumbuh-tumbuhan.

             Berdasarkan, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan lutung kelabu masuk ke dalam status near threatened atau hampir terancam punah. Hal ini disebabkan oleh pembalakan, pembukaan, perburuan liar, hingga kebakaran hutan. Lutung kelabu dikhawatirkan akan punah jika tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya.

Ciri-ciri

            Trachypithecus cristatus memiliki ukuran medium dan panjang sekitar 170 cm. Lutung kelabu jantan dan betina memiliki ukuran yang berbeda. Jantan lebih besar dibandingkan betina. Bayi lutung yang baru lahir akan berwarna jingga, lalu akan berubah warna menjadi abu-abu saat memasukkui usia 3 – 5 bulan.

Lutung berwarna abu-abu dengan jambul di bagian kepalanya. Lalu, tidak memiliki kantong pipi, tulang hidungnya pendek dan lebar, serta bagian pipinya ditumbuhi rambut halus. Total gigi pada lutung kelabu sekitar 32. Terdapat juga gigi molar yang menunjukkan adanya adaptasi baru terhadap jenis makanan.

Persebaran dan Habitat

            Secara alaminya, lutung kelabu hidup disekitar hutan hujan torpis, perkebunan karet dan kelapa sawit, hutan primer, hutan sekunder daerah perbukitan, hingga hutan dataran tinggi yang berlimpah dedaunan.

Spesies ini tersebar di Semenanjang Malaysia, Serawak, Sabah, dan Indonesia (Kalimantan dan Sumatera). Pada wilayah Kalimantan, lutung kelabu banyak dijumpai di hutan rawa air tawar dan hutan mangrove. Sementara di Sumatera sebagian besar di perkebunan pesisir, sungai, dan terutama hutan bakau.

Aktivitas dan Tingkah Laku

             Secara alaminya, aktivitas dan tingkah laku lutung kelabu dibagi menjadi beberapa macam, seperti feeding (aktivitas saat makan), resting (istirahat), moving (berpindah tempat), dan grooming (menelisik). Tingkah laku saat makan pada primata dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, ketersediaan makanan, hingga anatomi saluran pencernaan.

            Ketika makan, lutung cenderung memilih tumbuhan sebagai pakannya. Hal ini disebabkan lutung memiliki sistem pencernaan yang berbeda dengan primate lainnya. Kemudian, aktivitas berpindah tempat dilakukan dengan beranjak dari satu pohon ke pohon lainnya, baik secara berjalan, melompat, dan memanjat.

            Spesies ini termasuk ke dalam mamalia arboreal yang sebagian hidupnya berada di atas pohon. Lutung jarang meninggalkan pohon, hanya terkadang turun ke tanah. Jika sedang terancam, lutung akan kembali ke atas pohon. 

            Lutung juga hewan yang aktif saat siang hari, hampir semua kegiatannya dilakukan siang hari. Jika sore hari, lutung tidur di atas pohon tepi sungai. Tujuannya agar terhidar dari serangan predator. Sementara malam hari digunakan untuk beristirahat. Primata ini terkenal sangat agresif dan akan mengusir primata lainnya ketika menggangu pohon makan ataupun pohon tidurnya.

            Lalu, grooming adalah aktivitas lutung dalam membersihkan diri dan mencari kotoran ektoparasit dari tubuh sendiri ataupun tubuh individu lainnya. Aktivitas grooming juga dilakukan pada waktu istirahat dan tidak dilakukan secara berkelompok.

Pakan

            Lutung kelabu disebut juga primata leaf monkey (pemakan daun). Lutung mengonsumsi lebih dari 53% dedaunan yang masih muda atau berupa pucuk dan 46% buah muda karena kaya akan serat serta mengandung nutrisi yang banyak.

Ia tergolong selektif ketika memilih makanan, biasanya tidak semua bagian daun akan dimakan dan hanya ujung daun saja. Saat makan, spesies ini terbilang cukup unik karena menikmati makanannya dengan posisi bergelantung di atas pohon sambil bersantai hingga makanannya habis.

Menurut beberapa penelitian, lutung biasanya makan di pohon atau tempat ia mengambil pakannya dan sangat jarang dibawa ke tempat lain, kecuali saat berada di dekat individu yang dianggap membahayakan.Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin.(ml)

Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) sedang beristirahat di pohon sengon. Foto: Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin
Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus) sedang beristirahat di pohon sengon. Foto: Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020