Asam Kendis, Buah Tradisional yang Punya Banyak Khasiat

June 3, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Asam kendis (Garcinia parvifolia) termasuk kerabat dari buah manggis yang tersebar di Indonesia (Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali), Semenanjung Malaysia, hingga Brunei Darussalam. Tumbuhan ini banyak dijumpai di hutan riparan tepian Sungai Suwi dari bagian tengah sampai ke hulu.
Garcinia parvifolia memiliki banyak penyebutan nama, khususnya masyarakat lokal Kalimantan Selatan menyebutnya sebagai buah mundar. Meski dianggap sebagai buah tradisonal, tetapi masih belum populer dan masih dianggap sebagai tumbuhan manggis liar.
Pasalnya, mundar tumbuh liar di tepi hutan dan seringkali tidak terawat, serta belum ada yang membudidayakannya secara intensif. Sementara di Kalimantan Barat dan Sumatera Barat menyebutnya sentolang, kacabau, dan ketolang, lalu Brunei Darussalam dikenal sebagai brunei cherry atau asam aur-aur.
Ciri-Ciri Tumbuhan Asam Kendis
Asam Kendis tumbuh pada ketinggingan 600 – 800 meter di lingkungan yang lembap. Pohonnya bisa mencapai ukuran besar dengan tinggi maksimum hingga 33 meter dan berdiameter 23 cm. Batang bergetah, berwarna putih dan kuning. Warnanya bunga putih kekuningan yang terletak di tangkai daun.
Meskipun berkerabat dengan Manggis, asam kendis memiliki bentuk buah yang lebih kecil dengan bobot 40 – 70 gram saja. Bentuk buahnya bulat yang berwarna hijau saat muda, sedangkan masak akan berwarna jingga.
Teksturnya terasa agak berpasar dan akan mengeluarkan air ketika digigit. Bentuk biji pipih, ukurannya lebih kecil, dan bisa terdapat 1 – 8 biji di dalamnya. Daunnya tunggal dengan duduk daun yang berhadapan, berbentuk elips, berwarna hijau tua, permuaannya licin, dan tersusun membentuk sebuah kanopi layaknya kubah yang melekat pada batang utama.
Pemanfaatan Buah Asam Kendis
Di Sungai Suwi, asam kendis merupakan salah satu pakan bekantan yang dimakan pada bagian daun muda dan bunganya. Nelayan memanfaatkan dengan cara dibelah-belah kemudian dikeringkan, dan digunakan sebagai campuran masakan sayur asam.
Masyarakat Kalimantan dan Sumatera sering memanfaatkan kulitnya karena terasa asam bila dimakan. Jika telah dikeringkan akan dipakai sebagai bumbu pelengkap masakan. Rasa manis-asam dan segar dari asam kendis tersebut cukup menggoyangkan lidah. Rasanya pun kerapkali dianggap pengganti asam jawa karena rasanya yang tidak berbeda jauh, sehingga bisa saling menggantikan.
Kandungan di Dalam Kulit Buah Asam Kendis
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, ekstrak dari kulit buah Asam Kendis mengandung berbagai macam senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan. Senyawa yang terkandung termasuk golongan polifenol yang mengandung xanthones dan flavonoid.
Golongan senyawa ini mempunyai aktivitas, seperti anti-mikroba, anti-malaria, antioksidan, anti-kanker, hingga bersifat anti-inflamasi. Adanya efek antioksidan dan anti-inflamasi berpotensi menjadi hepatoprotektor. Hepatoprotektor sendiri adalah istilah untuk melindungi hati atau memulihkan hati yang rusak akibat racun, obat, dan penyakit. (ml.)

Buah Asam Kendis (Garcinia parvifolia) yang masak berwarna oranye (foto: Medi Hendra-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin)
Buah Asam Kendis (Garcinia parvifolia) yang masak berwarna oranye (foto: Medi Hendra-Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS
Dijuluki Sebagai Beruang Terkecil di Dunia, Begini Fakta Tentangnya!

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020