Bungur (Lagerstroemia speciosa) adalah tumbuhan asli Asia Tenggara dan Asia Selatan. Tumbuhan ini tersebar di daerah Indonesia, Filipina, Thailand, Jepang, hingga India. Pohon bungur dapat tumbuh pada semua tipe tanah, bisa dijumpai di rimba jati, tanah gersang, hingga bertanah subur. Pohon bungur sangat mudah dijumpai di tepian sungai di sekitar Lahan Basah Mesangat Suwi.
Setiap wilayah mempunyai penamaan pohon bungur yang berbeda-beda. Bungur dinamai ‘Jarul’ di India, lalu ‘Banaba’ di Filipina, dan Queen Crape Myrtle secara internasional. Bungur dikenal mempunyai bunga berwarna keunguan dan bergerombol saat bermekaran. Tampilan bunganya sangat cantik, sehingga kerap kali dijadikan sebagai tanaman perindang dan penghias jalan di kota-kota. Ada pula kepercayaan yang mengatakan bagian buah bungur digunakan untuk menjaga tumbuhan lain, sehingga tidak dapat dimangsa burung ataupun hewan lain karena buahnya yang keras dan menutupi buah lain.
Apabila saat musim kemarau, bungur menggugurkan daunnya dan bunga muncul bersamaan dengan daun baru dipercaya bahwa menandakan musim hujan. Hampir semua masyarakat mempercayainya karena diperoleh dari orang-orang terdahulunya.
Ciri-Ciri Morfologi Tumbuhan Pohon Bungur
Bungur dapat tumbuh dengan subur hingga ketinggian sampai 10 – 30 meter. Batang pohonya berbentuk bulat dengan percabangan yang muncul dari setiap sisinya pangkalnya, dan berwarna cokelat muda. Sementara daunnya tunggal, helaian daunnya berbentuk oval atau memanjang, bertangkai pendek, panjang daun bisa mencapai 9 – 28 cm, dan warna daunnya hijau tua.
Bunga bungur tumbuh majemuk dengan warna ungu yang tampak cantik, tersusun dalam malai, dan panjangnya bisa mencapai 10 – 50 cm. Terdapat buah yang berbentuk bulat dengan panjang 1,8 – 2,5 cm dan ujung buahnya runcing yang panjangnya 0,3 mm. Buah yang masih muda akan berwarna hijau, jika sudah matang akan menjadi cokelat. Secara alaminya, buah bungur membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 bulan untuk masak.
Ukuran biji bungur cukup besar, berbentuk pipih, ujungnya bersayap layaknya pisau, dan berwarna cokelat kehitaman. Pohon bungur diperbanyak dari biji yang keluar setelah proses pembungaan selesai.
Bungur dapat berbunga dua kali dalam setahun, yaitu pada akhir November – Desember dan Mei – Juni. Namun, biasanya dapat dijumpai di luar bulan tersebut karena menyesuaikan saat musim penghujan.
Manfaat pohon Bungur Untuk Kesehatan
Bungur dikenal sebagai tumbuhan yang kaya akan khasiatnya untuk pengobatan herbal. Salah satu bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai ramuan tradisional, yakni daun dari pohon Lagerstroemia speciosa. Daunya digunakan untuk pengobatan yang ampuh mengatasi diabetes mellitus di Asia Tenggara sejak zaman dahulu.
Bungur tidak hanya dimanfaatkan sebagai obat diabetes saja, melainkan bermanfaat juga untuk menurunkan berat badan yang efektif mengatasi obesitas. Beberapa studi juga menemukan ekstrak dari air dan etanol dari daunnya bermanfaat sebagai obat anti virus, seperti flu pada manusia.
Selain itu, tumbuhan bungur juga berperan sebagai anti bakteri terhadap E.coli, Staphylococcus areus dan Pseudomonas aeruginosa. Kandungan saponin di dalamnya bersifat antiseptik, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri, seperti bisul dan korengan.
Pohon bungur juga mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat untuk melindungi susunan sel, meningkatkan vitamin C, membantu mencegah keropos tulang, anti-inflamasi, diperkaya antioksidan, antibiotik, dan mampu membantu mencegah kanker. Di samping itu, flavonoid juga membantu mencegah penyakit degeneratif.
Ada pula kandungan xantin oksidase yang terkandung dalam ekstrak daun bungur mempunyai fungsi sebagai penghambat yang digunakan untuk mencegah sekaligus mengobati asam urat. Ditambah lagi, tumbuhan bungur sudah dikenal secara lokal untuk mengatasi diare.
Ternyata bungur tidak hanya digunakan sebagai penuduh maupun penghias jalan saja. Namun, banyak sekali manfaatnya yang berfungsi menyembuhkan berbagai penyakit tanpa memerlukan biaya yang besar. Para penelitian perlu mengembangkannya agar bermanfaat sebagai alternatif pengobatan penyakit.
Di Lahan Basah Suwi, nelayan memanfaatkan kayu bungur yang cukup besar sebagai bahan membuat perahu. (ml)

