Biuku, Kura-Kura Air Tawar yang Terancam Punah!

April 19, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Orlitia borneensis atau dikenal sebagai biuku atau kura-kura Gading adalah salah satu jenis kura-kura air tawar yang tersebar di Asia Tenggara. Penyebaran wilayahnya meliputi, Thailand, Malaysia, dan Indonesia terutama Kalimantan. Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature), biuku termasuk fauna yang terancam punah dan dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.20/MENLKH/SETJEN/KUM.1/6/2018.

Biuku termasuk dalam keluarga Geoemydidae, salah satu dari 29 spesies kura-kura air tawar yang terdapat di Indonesia. Habitatnya terancam punah akibat maraknya perdagangan telur, perburuan, diserang predator, hingga dagingnya diambil untuk dikonsumsi.

Sebagian masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS) secara turun temurun mengambil telur biuku. Telurnya sengaja diambil untuk dikonsumsi dan dijual untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Menurut informasi lainnya, beberapa masyarakat juga menangkap biuku dewasa untuk dikonsumsi daginya dan diperjualbelikan kepada kolektor hewan.

Hal ini, sangat mengancam populasinya yang kian langka dan terancam punah. Maka dari itu, semakin langkanya populasi biuku menjadi tantangan besar dalam program konservasi maupun masyarakat sekitar untuk menjaga kelestariannya.

Habitat dan Pakan Biuku

Jenis kura-kura ini termasuk semi akuatik yang menghabiskan sebagian besar hidupnya diperairan. Habitatnya banyak dijumpai pada sungai besar yang berarus lambat, rawa, hingga daerah air tawar yang mempunyai ukuran luas.

            Orlitia borneensis dapat menyelam pada air yang dalam pada waktu yang lama. Mengapa demikian? Karena, biuku mempunyai ruang paru-paru yang terbungkus dengan tulang, sehingga menahan tekanan di bawah air.

Biuku termasuk ke dalam jenis hewan omnivora (pemakan segalanya). Jenis kura-kura tersebut, dapat memakan buah jatuh, tanaman, ikan, hingga vertebrata lainnya. Bahkan, apabila dipelihara biasanya cenderung mengonsumsi daging atau pelet.

Bentuk Fisik Biuku

Kura-kura air tawar mempunyai panjang karapas sekitar 80cm dengan berat yang mencapai 50kg. Maka dari itu, biuku termasuk kura-kura air tawar terberat di dunia. Ukuran kepalanya besar, cangkang berwarna gelap, dan hampir seluruh badan berwarna hitam kecokelatan (kecuali bagian wajah tempurung).

Karapasnya berbentuk oval dan plastron yang berwarna kekuningan pucat. Biuku dewasa mempunyai karapas yang cenderung lebih datar dengan pola cangkak kotak-kotak. Sementara untuk biuku remaja, bentuknya cenderung lebih bundar, dan tampak bergerigi. Terdapat pula selaput pada bagian kakinya, menyerupai dayung, dan cakar kuku yang cukup panjang dan tebal.

Buiku seperti kura-kura lainnya, akan menggali sarang di lumpur atau pasir untuk bertelur, kemudian meninggalkan telurnya untuk menetas, dan bayi kura-kura harus berjuang sendiri untuk mempertahankan dirinya dari serangan pemangsa. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml.)

Biuku yang pernah tertangkap di lahan basah Suwi oleh nelayan (Foto: Ingan, Yasiwa).
Biuku yang pernah tertangkap di lahan basah Suwi oleh nelayan (Foto: Ingan, Yasiwa).

 

Biuku yang pernah tertangkap di lahan basah Suwi oleh nelayan (Foto: Ingan, Yasiwa).
Biuku yang pernah tertangkap di lahan basah Suwi oleh nelayan (Foto: Ingan, Yasiwa).

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020