Labi-labi, Hewan Bercangkang Lunak

March 21, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Labi-Labi atau Amyda cartilaginea adalah salah satu jenis kura-kura bercangkang lunak atau penyu air tawar (freshwater solfshell turtle). Labi-labi tersebar di seluruh Asia Tenggara, meliputi Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, India, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Di Indonesia labi-labi juga banyak dijumpai, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, hingga Kalimantan. Beberapa penelitian telah melaporkan, labi-labi tersebar secara luas pada beberapa daerah di Kalimantan Timur (Malinau, Nunukan, Berau, dan Penajam Paser Utara).

Hewan ini termasuk golongan reptilia yang banyak dimanfaatkan sebagai sumber gizi dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Tak hanya sebatas kebutuhan pangan, tetapi labi-labi juga mempunyai khasiat untuk pengobatan, bahan dasar kosmetik, hingga dijadikan sebagai peliharaan.

Permintaan ekspor khususnya dari negara Singapura, Cina, Hongkong, dan Taiwan setiap tahun semakin meningkat. Labi-labi dari Indonesia masih didominasi dari hasil tangkapan alam. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan pengekspor hanya menampung hasil alam saja.

Meski begitu, lambatnya perkembangan populasi labi-labi di alam menjadi salah satu kondisi yang tidak dapat diimbangi. Semakin tingginya eksploitasi tanpa pembudidayaan yang tepat, tentu saja dapat menurunkan populasi yang berujung mengancam kelestariannya.

Karakteristik Labi-labi

Amyda cartilaginea mempunyai bentuk tubuh yang oval atau agak bulat, pipih, dan tanpa sisik. Pada bagian punggung atau karapas terdiri dari tulang rawan dan terbungkus oleh kulit tebal yang licin.

Sementara bagian kepalanya berbentuk bulat, matanya kecil, lubang hidung terletak pada ujung belalai yang pendek, dan kepalanya tidak dapat dimasukkan ke dalam kerapas. Selain itu, labi-labi juga tidak mempunyai gigi, rahangnya tertutup oleh paruh tajam. Lidah labi-labi juga cenderung tebal, pendek, lebar, dan melekat pada dasar mulut.

Perkembangbiakan Labi-Labi

Labi-labi berkembang biak dengan cara bertelur (ovivar). Untuk membedakan jantan dan betina bisa dilihat melalui bentuk ekornya. Labi-labi jantan mempunyai bentuk ekor yang memanjang, sehingga akan tampak terlihat di luar cangkangnya. Sementara labi-labi betina memiliki ekor yang pendek dan tidak tampak di luar cangkangnya.

Pada saat betina akan bertelur biasanya kaki belakang akan menggali lubang sampai 20 cm. Tujuannya untuk menyimpan telur yang akan dikeluarkan. Sebelum sang induk kembali ke air, lubang akan ditutup menggunakan pasir.

Labi-labi betina dapat bertelur sebanyak 3 – 4 kali dalam satu tahun dengan interval 2 – 3 minggu. Dalam satu kali bertelur, labi-labi dapat menghasilkan 10 – 30 butir. Kemudian, telur akan menetas menjadi tukik setelah usia 45 – 60 hari.

Habitat Labi-Labi

            Labi-labi sebagin besar hidupnya di perairan air tawar, seperti sungaim danau, waduk, rawa, dan masih banyak lagi. Hewan ini banyak dijumpai pada perairan yang arusnya lambat dan cenderung tenang. Labi-labi menyukai daerah perairan yang banyak dihuni hewan air, seperti moluska maupun ikan. Permukaan air yang terdapat tumbuhan, mulai dari eceng gondok, teratai, dan salvinia juga menjadi habitat yang disukai labi-labi karena mejadi bahan pangan untuknya.

Selain itu, labi-labi biasanya akan tampak berada di atas bebatuan untuk berjemur. Hal ini bertujaun agar lumut, jamur, dan parasite tidak menempel pada permukaan badan. Apabila tidak berjemur, maka labi-labi mudah terserang penyakit.

Labi-labi termasuk hewan nocturnal, yaitu aktif pada malam hari. Hewan tersebut menyukai lingkungan yang tenang, sehingga bila didekati akan melarikan diri atau menyelam ke air. Labi-labi mempunyai kebiasaan saling menggigit satu sama lain.

Untuk menghindari perkelahian, biasanya labi-labi akan menggali lubang pada pinggiran sungai atau danau yang digunakan untuk mengubur dirinya. Labi-labi mempunyai daerah jelajah 20 – 30 meter dari lubang yang dibangun untuk mencari makan. Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin (ml).

Labi-labi (Amyda cartilaginea), kura-kura bercangkang lunak (Foto: Yasiwa)
Labi-labi (Amyda cartilaginea), kura-kura bercangkang lunak (Foto: Yasiwa)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Pelatihan Pengelolaan Website Desa: Langkah Strategis Menuju Transformasi Digital
Rencana Strategis Yasiwa
Rencana Strategis Yasiwa
Merajut Komunikasi Untuk Pengelolaan KEP LBMS

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020