Pemantauan Program dan Orientasi lapangan (2)

March 2, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Kegiatan Pemantauan Program Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin dan orientasi lapangan Anggota Forum di Kecamantan Muara Ancalong diawali dengan kunjungan ke Polsek Muara Ancalong di Desa Kelinjau Ilir. Anggota Forum yang terdiri dari perwakilan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan (P3E), BKSDA, perwakilan Provinsi: Dinas Kahutanan dan Dinas Lingkungan Hidup, Perwakilan Kabupaten: Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan dan Bagian Sumber Daya Alam Sekda Kabupaten Kutai Timur, diterima oleh Wakapolsek Muara Ancalong. Penanggung jawab Program konsorsium menyampaikan bahwa kedatangan Tim Forum KEE Lahan Basah Mesangat Suwi (KEE LBMS) selain untuk memperkenalkan diri, juga untuk menyampaikan harapan agar terbangun kolaborasi dengan Polsek Muara Ancalong dalam melindungi KEE LBMS sebagai sumber perikanan dan sebagai habitat bagi buaya badas (Crocodylus siamensis) yang sangat terancam punah, dan bekantan (Nasalis larvatus).

Setelah dari kantor Polsek di Desa Kelinjau Ilir, dilanjutkan kunjungan ke Lahan Basah Mesangat dengan menggunakan perahu nelayan yang telah menjadi mitra kerja Yayasan Ulin selama beberapa tahun. Lahan Basah Mesangat merupakan habitat utama bagi buaya badas hitam, juga terdapat buaya supit atau buaya senyulong (Tomistoma schlegelii). Survei buaya dilakukan pada malam hari, yang terbaik adalah saat tidak ada sinar bulan karena memudahkan untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan lampu sorot. Besar kecilnya ukuran buaya, bisa dilihat dari jarak antar mata yang memantulkan warna merah saat terkena sorot lampu.

Kegiatan hari berikutnya dilakukan pertemuan Anggota forum dengan camat Muara Ancalong, Desa Kelinjau Ulu, dan Kelinjau Tengah, di Luah Putih. Camat menyampaikan bahwa, area lahan basah Mesangat tidak semuanya masuk ke dalam Kecamatan Long Mesangat, tetapi sebagian berada dalam wilayah Muara Ancalong. Jadi, perlu dilakukan revisi dalam penyebutan nama. Camat juga menyampaikan keluhan kurangnya perhatian perusahaan dalam melaksanakan kewajiban sosialnya.

Berkaitan dengan Danau Luah Putih yang akan dikembangkan sebagai destinasi wisata dan pusat budidaya ikan, sudah dimulai dibangun komunikasi dengan para pihak, antara lain dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Pekerjaan Umum Kutai Timur.Dinas Pariwisata telah memperkenalkan keindahan dan keunikan Luah Putih. Dinas Pekerjaan Umum telah berkomitmen merenovasi jembatan ulin menuju Luah Putih

Sembari berdiskusi, tim juga menikmati keunikan pemandangan alam lahan basah beserta satwa liarnya. Tidak lupa juga untuk menikmati makan siang berupa ikan bakar hasil tangkapan nelayan setempat yang nantinya akan menjadi salah satu wisata kuliner tradisional.  Mengakhiri, acara santap siang ikan bakar hasil tangkapan nelayan dan dialog parapihak, dilakukan pula penandatanganan ‘Kesepakatan Bersama” Pengelolaan Kolaborasi KEE LBMS, oleh Camat Muara Ancalong yang merupakan satu diantara anggota forum di tingkat tapak.

Pada hari berikutnya, tim melakukan orientasi ke lahan basah Suwi untuk melihat pondok kerja yang dibangun atas pendanaan TFCA Kalimantan (Tropical Forest Conservation Act). Pondok kerja ini akan menjadi aset forum, sehingga dapat digunakan oleh siapa saja dari anggota forum ataupun peneliti yang bekerja sama untuk melakukan kegiatan di lahan basah Suwi.  Dalam kunjungan tersebut, nelayan juga menyampaikan harapan untuk dilaksankan patroli gabungan guna mengatasi penyetruman yang masih sering terjadi di sekitar lahan basah.

Perkenalan dan dialog singkat Anggota Forum di Kantor Polsek Muara Ancalong, desa Kelinjau Ilir
Perkenalan dan dialog singkat Anggota Forum di Kantor Polsek Muara Ancalong, desa Kelinjau Ilir

 

Rakit yang menjadi basecamp Yayasan Ulin dan mitranya dalam kegiatan survey di lahan basah Mesangat
Rakit yang menjadi basecamp Yayasan Ulin dan mitranya dalam kegiatan survey di lahan basah Mesangat

 

Penandatanganan ”Kesepakatan Bersama” oleh Bp Sabran S.Sos, Camat Muara Ancalong.
Penandatanganan ”Kesepakatan Bersama” oleh Bp Sabran S.Sos, Camat Muara Ancalong.

 

Pondok Kerja di Lahan Basah Suwi, yang akan menjadi base camp survei dan kegiatan lapangan lainnya.
Pondok Kerja di Lahan Basah Suwi, yang akan menjadi base camp survei dan kegiatan lapangan lainnya.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Alap-alap Capung, Burung Predator Terkecil di Dunia
Burung Perling Kumbang, Spesies Penyerbuk Tanaman
Mengenal Kucing Tandang yang Kian Terancam Punah

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020