Daun Kedemba, Obat Herbal Tergolong Sebagai Narkoba

March 2, 2022

Bagikan

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Daun kedemba atau kratom (Mitragyna speciosa korth) adalah salah satu tanaman Asia Tenggara yang banyak dijumpai di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kedemba juga terkenal sebagai tanaman herbal kaya akan khasiatnya untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Bahkan, banyak diekspor sebagai obat alternatif, khususnya di Amerika Serikat. Namun, masih illegal untuk negara bagian Asia.

Apa Saja Manfaat Daun Kedemba?

Di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur banyak tersebar di wilayah ulu Mahakam, Umumnya, daun ini hidup di bantaran sungai atau tepi kawasan Sungai Mahakam. Sebagain besar, masyarakat memanfaatkan bagian daunnya untuk dikonsumsi sebagai obat herbal. Selain untuk pengobatan, tumbuhan liar ini menjadi salah satu pakan bagi bekantan yang mendiami kawasan lahan basah Suwi.

Cara mengonsumsinya juga beragam, mulai dari diseduh seperti teh, dirokok, hingga dikunyah langsung. Daun kedemba mempunyai khasiat untuk mengobati luka, demam, mengatasi insomnia, gangguan kecemasan, meringankan nyeri otot, mengurangi nafsu makan, hingga mengobati diare.

Sementara di Malaysia, kedemba digunakan masyarakat untuk pemulihan pasca melahirkan dengan cara diolah sebagai minuman berupa jus. Lalu, di Thailand juga dimanfaatkan sebagai opium atau coca yang mempunyai kemampuan stimulan untuk melawan rasa letih, mengobati diare, meningkatkan daya tahan tubuh, dan menghentikan pecandu morfin.

Meskipun dianggap sebagai tanaman herbal yang berkhasiat untuk kesehatan, ternyata kandungan senyawa dalam daun kedemba dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya untuk jangka pendek hingga jangka panjang. Badan Narkotika Nasional (BNN) telah menetapkan dan melarang daun kedemba digunakan sebagai suplemen makanan maupun obat tradisional, bahkan kedemba pun masuk ke dalam narkotika golongan I. Peraturan akan berlaku mulai tahun 2024 mendatang.

Lantas, Apa Saja Kandungan yang Terdapat Dalam Daun Kedemba?

Kedemba banyak diolah sebagai suplemen makanan, teh, tersedia dalam bentuk pasta, kapsul, hingga tablet. Selain itu, daunnya juga dapat dikeringkan, lalu dihancurkan, dan menjadi bubuk. Jika dikonsumsi dalam dosis rendah, kedemba akan bekerja sebagai stimulan. Orang yang telah menggunakan kedemba dengan dosis rendah, merasa lebih berenergi atau bahkan merasa lebih mudah bersosialisasi.

Sementara pada takaran dosis yang lebih tinggi, kedemba bisa digunakan sebagai obat penenang, sensasi, hingga menghasilkan efek euforia. Di Amerika Serikat, kedemba diseduh sebagai teh yang dapat mengurangi rasa sakit dan efek opioid.

Dalam penelitian, ditemukan kandungan utama dari daun kedemba berupa alkaloid indol, yakni mitraginin (66,2%) dan 7-hidroksimitraginin (2,0%). Terdapat pula kandungan flavonoid, saponin, triterpenoid saponin, dan derivat glikosida.

Selain itu, alkaloid yang terkandung di dalam kedemba mempunyai efek analgesik untuk menghilangkan rasa sakit dan anti peradangan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kedemba banyak digunakan untuk meredakan gejala fibromyalgia (penyakit jangka panjang yang tidak dapat disembuhkan, di mana pengidapnya mengalami rasa sakit sekujur tubuhnya).

Apabila berhenti mengonsumsi kedemba dapat menimbulkan gejala putus obat. Gejala dalam waktu yang lama dapat menyebabkan adiksi, turunya berat badan, anoreksi, hilangnya nafsu libido, bahkan munculnya hiperpigmentasi pada wajah dan pipi. Ketergantungan mengonsumsi kedemba bisa diatasi dengan menggunakan buprenorfin atau lofeksidin.

Di samping itu, produk olahan daun kedemba telah tersebar luas di internet, mulai dari bentuk daun kering, bubuk, pewarna kue, hingga ekstrak cair. Selain mudah ditemukan, harganya pun murah sehingga dipilih sebagai alternatif narkotika dan digunakan hanya untuk bersenang-senang. Itulah yang menimbulkan peredaran kedemba menjadi perhatian serius masa kini.

Pohon Kedemba yang mudah dijumpai di sekitar lahan basah dan tepi sungai, merupakan satu diantara pakan bekantan.
Pohon Kedemba yang mudah dijumpai di sekitar lahan basah dan tepi sungai, merupakan satu diantara pakan bekantan.

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Artikel Lainnya

Alap-alap Capung, Burung Predator Terkecil di Dunia
Burung Perling Kumbang, Spesies Penyerbuk Tanaman
Mengenal Kucing Tandang yang Kian Terancam Punah

MENGAPA KONSERVASI?

Banyak yang tidak menyadari begitu besar nilai dan manfaat keragaman hayati sebagai dasar dari kehidupan di bumi dan jasa ekologi yang disediakan secara cuma-cuma oleh habitat-habitat alami dalam bentang alam.
Sebagian besar keragaman hayati hidup di luar kawasan dilindungi, yang umumnya merupakan hutan dataran rendah yang memiliki keragaman hayati yang tinggi, lahan basah yang penting untuk tata air, ataupun lahan gambut yang memiliki kandungan karbon yang tinggi.
Ragam pemanfaatan bentang alam merupakan hasil perkembangan dari waktu ke waktu untuk pertanian, perkebunan, perikanan, agroforestry, pertambangan, pemukiman, yang perlu diimbangi dengan alokasi hutan lindung dan konservasi yang proporsional untuk menjaga ketahanan lingkungan
Oleh karena itu, para pihak yang memanfaatkan bentang alam bertanggung jawab untuk mempertahankan keragaman hayati dengan menyisihkan habitat-habitat alami sebagai aset yang penting untuk kehidupan masa depan. Kegiatan inti Yasiwa difokuskan pada pencapaian pengelolaan konservasi praktis dan efektif untuk keragaman hayati dan habitatnya pada beragam pemanfaatan bentang alam tersebut di atas.
Previous
Next

YASIWA, 2020