Menyadari bahwa potensi lahan basah sangat penting, perlu meningkatkan kesadaran dan komitmen dari para pihak guna menjaga kawasan tersebut. Melalui rapat forum (28/9), dibangun pemahaman dan komitmen para pihak dalam mengoptimalkan peran sekaligus keterlibatan para pihak dalam mengelola Kawasan Ekosistem Esensial Lahan Basah Mesangat-Suwi (KEE LBMS).
Rapat dibuka dengan sambutan Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman yang mendukung bahwa lahan basah patut dilindungi dan dilestarikan keberadaanya sebagai habitat satwa yang menjadi perhatian dunia, yaitu buaya badas dan bekantan, serta pusat perikanan air tawar.
Setelah membuka Rapat Koordinasi secara resmi, beliau juga berkenan mengikuti pemaparan dari tiga narasumber mengenai perkembangan program yang sedang berjalan, kebijakan konservasi kehati di luar Kawasan, dan penyusunan rencana startegis restorasi LMBS.
Beliau menunjukan antusiasnya terhadap lahan basah, karena sebelum menjabat sebagai Bupati, beliau pernah menjadi guru di daerah Muara Ancalong. Pemahaman mengenai kondisi lahan basah pun sudah khatam, sehingga tumbuh kepedulian dan perhatian untuk menjaga lahan basah yang pernah menjadi pusat perikanan darat di Kabupaten Kutai Timur tersebut. Tentunya, ini menjadi sebuah kebanggaan, sebab tidak biasanya bapak Bupati berkenan meluangkan waktu untuk dapat mengikuti pemarapan hingga selesai.
Dalam rapat tersebut, diharapkan dapat terbangun persamaan persepsi dan pemahaman semua para pihak yang terlibat dalam pengelolaan KEE LBMS. Mengingat, tantangan pengelolaan KEE LBMS cukup kompleks. Adanya rapat forum juga berperan sebagai wadah berkomunikasi, memberikan update program yang sedang dijalankan, berkolaborasi, dan integrasi perencanaan para pihak dalam melaksanakan tupoksi masing-masing.
Acara Rakor Forum KEE diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan pengeloaan KEE yang mendukung visi dan misi Pemerintah Daerah, yakni “Mewujudkan Sinergi Pengembangan Wilayah dan Integrasi Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan”. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dengan salah satu program prioritas, yaitu peningkatan kerja sama pemerintah dengan swasta dan masyarakat,” Ujar Bupati Kutai Timur
Terkait dengan visi dan misi pemerintah, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin bersama anggoya forum yang lain sedang membangun sinergi program untuk melindungi LBMS. Program ini selain mendukung pencapaian misi ke 5 kabupaten, juga mendukung pencapaian misi ke 4 provinsi, dan menjadi model inisiatif Green Growth Compact atau Kaltim Hijau.
Dinas Pendidikan turut andil berkaborasi dan menyinambungkan kegiatan yang pernah dijalankan bersama Yasiwa, yaitu bimbingan teknis (Bimtek) kepada para guru untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang lahan basah. Bahkan, pengetahuan mengenai lahan basah juga dianggap penting untuk dimasukkan sebagai muatan kurikulum pendidikan.
Rifanie selaku perwakilan Dinas Pariwisata, juga sudah berkunjung ke danau Lua Putih sekaligus mempromosikannya sebagai destinasi wisata Kabupaten Kutai Timur. Begitu pula dengan Dinas Perkebunan yang siap berkomitmen untuk bekerja sama dengan dunia usaha dan mengawal pengelolaan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di areal perusaahan.
Meski pertemuan forum sempat tertunda akibat penerapan PPKM, akhirnya rapat telah terlaksana dengan penuh antusias para peserta. Paling tidak, sebanyak 73,5 % (25 dari 34 institusi) anggota forum telah hadir. Adapun kesepakatan yang dicapai dalam rapat, yakni para pihak akan menandatangani kesepakatan bersama secara door to door. Selanjutnya akan, melakukan evaluasi pelaksanaan rencana aksi tahun 2019 – 2023.
Sementara masukan dari Tenaga Ahli kajian sosial, banyak pengetahuan tradisional yang dapat digali lebih dalam lagi mengenai tradisi dan kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini bertujuan agar tidak hanya berfokus pada konservasi saja, tapi juga menyangkut isu-isu lainnya termasuk perkembangan ekonomi masyarakat. Butapi Kutai Timur menekankan kepada OPD dan para pihak untuk mengelola KEE LBMS dengan penuh kesungguhan (ml).

